Friday, December 12, 2008

wah, ada yang missed nih

Katakanlah ada seorang bernama Bono, seorang yang sudah cukup umur dan mempunyai segudang pengalaman. Ada pula Dono yang masih muda dan cetek otaknya. Meski masih muda tapi Dono ingin mengetahui banyak hal, maka Bono pun bersedia membantunya belajar. Ngga tanggung-tanggung, Bono pun bawa teman-temannya yang berpengalaman juga katanya. Dono juga bawa teman-temannya untuk turut juga nambah pengetahuan. 

Maka, Dono dan teman-temannya memersiapkan segalanya untuk belajar dengan Bono di hari dan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Pada hari-H nya, setelah mengutarakan ‘ketidaktahuannya’, maka Bono dan teman-temannya pun mulai membantu. Mereka mulai memberi bantuan berupa pertanyaan-pertanyaan pancingan. Dono dan teman-temannya hanya bias terdiam. Bono mencoba lagi dengan pertanyaan-pertanyaan yang baru. Sunyi lagi. Lagi. Sunyi. Lagi. Sunyi. Kesabaran pun ada batasnya. Bono dan teman-temannya mulai untuk geleng-geleng kepala sambil senyum-senyum. Entah apa maksudnya. 

Dono yang memang cetek otaknya mencoba menjawab sedikit demi sedikit dibantu teman-temannya. Menjawab berulang kali, akhirnya benar juga sesuai apa yang Bono minta. TAPI, Dono masih belum mengerti maksudnya. Bono dan teman-temannya menganggap apa yang telah diberikan dan dianalogikan sudah benar-benar jelas. Namun, apalah artinya bagi yang berotak cetek. Dono dan teman-temannya tidak menganggap begitu. 

Begitu pun hari berikutnya. Bono bawa teman lebih banyak dan lebih pandai darinya. Cukup membantu, tapi lebih bingung lagi. Bono bawa teman-teman yang berbeda yang membuat Dono harus menjelaskan lagi masalahnya yang membuatnya makin terlihat konyol. 

Sebagai orang yag katanya sudah lebih pengalaman, seharusnya Bono bias lebih tahu diri utnuk berpikir yang lebih rendah menyesuaikan dengan Dono yang memang masih cetek otaknya. Jelas akan lebih sulit buat Bono kalau menginginkan Dono yang mempunyai kapasitas berpikir seperti dirinya. Mau sampai kapan? Niat Bono memang baik tapi apakah dia sadar kenyataannya? Bukan karena Dono yang benar-benar dongo sehingga harus jadi bahan tertawaan. 

Cobalah untuk mengerti… mungkinkah itu yang terjadi selama ini?

Merry Christmas 2015!