Monday, September 21, 2009

say it!

Buah dari sebuah pengalaman hidup…

Seberapa senengkah kita kalau orang laen, katakanlah temen sendiri yang memberi salam? Kita mengetahui ada orang lain di luar sana yang (selain keluarga) turut merasakan apa yang kita alami?

Berawal dari cuek-cuekan yang gw kira ngga ada artinya, sampai akhirnya gw sadar kalau hal sekecil apapun yang gw lakukan, asal dengan tulus, akan berdampak buat orang lain. Bahkan sepatah kalimat pun bisa berdampak sangat besar buat orang lain.

“Happy birthday, coy! Smoga panjang umur dan sehat selalu. Bla..bla..bla..”

“Met ultah, ya! Wah udah makin tua nh. Makan2nya ye….Bla..bla..bla…”

“Wish u all the best ya…Bla..bla…bla…”

Itu sebagian pengalaman, tapi mungkin sebagian besar orang-orang juga mengalami hal yang sama ketika mereka ulang tahun. Sepatah ucapan selamat ultah dengan segudang doa dan harapan temen-temen supaya menjadi “manusia” yang lebih baik. Ditulis sengaja atau hanya kirim2an doang, tulisan itu memberi semangat buat gw supaya bisa menjadi lebih baik. Dari sana gw tahu bahwa masih ada orang di luar sana yang masih care, secuek apapun gw dulu…

Barusan contoh di kala masa-masa “happy”. Bagaimana di saat-saat susah? Untuk bagian ini memang susah-susah gampang. “Tingkat kedekatan pertemanan” gw rasa jadi pengaruh. Misalnya, ketika ada teman yang saudaranya atau orang tuanya meninggal. Semua teman-temannya bisa turut berduka cita, tapi sejauh apa merasakannya? Yaa agak melenceng dari bahasan… Satu yang disadari, turut berbelasungkawa berarti turut memberi rasa aman kepada orang lain yang sedang kehilangan bahwa masih banyak orang lain di sekitar yang akan “menemani”.

Kedua, ketika sedang sakit. Sejak beberapa tahun lalu, akhirnya gw (lagi-lagi) sadar bahwa ucapan “cepet sembuh” itu bisa berdampak buat orang lain. Pengalaman yang gw dapet langsung. Ketika badan yang sehat tiba-tiba ambruk dan serasa ngga sembuh-sembuh, maka sms, telepon “cepat sembuh” itu menjadi dorongan supaya gw juga (punya keinginan) cepet sembuh. Dari sana, gw mencoba untuk ikut memberi selamat “cepet sembuh!” ke tiap orang yang gw tahu lagi sakit. Kejadian kedua terjadi beberapa waktu lalu ketika (pada akhirnya) gw ‘tumbang’ juga di akhir semester, kecapean kata dokter.+_+’

Sama halnya ketika di saat-saat sekarang di kehidupan perkampusan, dengan tugas-tugas yang segunung, dengan ucapan singkat, ” Semangat ya!!” Bisa menimbulkan kepercayaan diri buat orang laen yang lagi lesu. Memberi dorongan buat orang lain nyatanya ngga perlu sampai menulis karangan bebas berlembar-lembar, menulis puisi berbait-bait, dan bikin lagu berlirik-lirik. Bisa cukup dengan singkat saja.

Satu tambahan pelajaran, gw dapati dari temen-temen yang sadar atau tidakmelakukan hal itu, adalah mereka memberi semangat kepada orang lain, tapi mereka pun punya hidup yang semangat. Buat orang lainnya juga akan lebih tersemangati bukan??

Sunday, September 13, 2009

Bible n Science 10

Kitab Wahyu merupakan kitab terakhir di Perjanjian Baru. Sesuai namanya, Wahyu, kitab ini berisi nubuatan-nubuatan yang akan terjadi di bumi. Rasul Yohanes menulis apa yang Tuhan perlihatkan kepadanya.

Rasul Yohanes dibuang ke Patmos karena dianggap berbahaya oleh orang Romawi. Injil dianggap suatu ancaman oleh kekaisaran Roma. Singkatnya, pengabaran Injil yang menyatakan Yesus adalah Tuhan dan raja segala raja tampaknya sedikit mengusik “keamanan” kaisar.

Di suatu pemberitaan, menyatakan bahwa ada sebagian pihak yang meragukan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Yohanes (murid Yesus) karena cara dan gaya penulisannya berbeda dengan Injil. Katakanlah, penulisan Wahyu lebih “kasar” dari Injil Yohanes. Di pihak lain, Wahyu yang merupakan kitab terakhir Perjanjian Baru, dianggap seperti kisah sci-fi. Menggambarkan suatu kengerian yang luar biasa terjadi di bumi.

Apakah benar seperti itu? Memang benar bahwa membaca Alkitab harus selalu meminta Roh Kudus untuk menuntun. “Sembarang” baca seringkali tidak menemukan apa2. Itu sebabnya gw sadar, mengapa Tuhan menyebutkan Alkitab ini adalah harta yang tersembunyi. Siapa yang lebih mengerti isi sebuah buku kalau bukan pengarangnya? Jadi, supaya lebih mengerti tanya pengarangnya…

Apa yang gw tulis di sini pun belum tentu benar adanya. Apa yang gw tulis ngga lebih jauh dari sebuah asumsi gw tentang kitab wahyu. Hanya untuk share. Sekali lagi, hanya ASUMSI.

Saat pertama kali membaca kitab wahyu, gw membatin,”kok kaya di komik ya?”. Bumi yang gw lihat sekarang ngga aneh2 seperti yang ditulis tuh. Banyak monster di sana-sini. Koq serem amat ya. Apa bumi ini memang “punya” monster-monster atau makhluk-makhluk yang Yohanes bilang?

Sebelum mengerti ke sana, gw menyadarkan diri dulu bertanya kepada diri sendiri, “Apa yang gw lakukan (tulis dengan kata2) kalau gw melihat sesuatu yang benar-benar baru pertama kali lihat? Gw ngga puny a ide apapun tentang apa yang gw lihat.” Lalu, membayangkan bahwa Yohanes pun diperhadapkan kepada hal-hal semacam ini. Di zaman yang teknologinya belum secanggih sekarang. Yohanes diperlihatkan sesuatu yang benar-benar baru (zaman yang berbeda hamper ribuan tahun) dan itu harus ia gambarkan di lembaran-lembaran perkamen.

Sebenarnya, dengan melihat itu, gw sadar bahwa Rasul Yohanes adalah orang yang pintar dan cerdas! No doubt. Bagaimana cara ia menyampaikan di dalam kitab wahyu, itulah yang ia gambarkan. Sudah pasti, ia akan menggambarkannya sedetil mungkin. Gw disadari lagi bahwa inilah perlunya hikmat! Yohanes menggambarkan apa yang akan terjadi dengan simbolis. Ia menggambarkannya dengan membandingkan dengan apa yang terjadi pada zamannya. Tidak hanya mencoba menggambarkan bentukan2 yang akan muncul di bumi, tetapi juga suasana kengerian yang akan muncul di muka bumi.

Menurut gw, tampaknya ini menjawab pertanyaan kenapa gaya penulisan Yohanes bisa berbeda. Wahu terkesan kasar karena ia menginginkan orang yang membacanya sadar bahwa hal-hal yang terjadi di dalamnya adalah benar-benar nyata. Bisa jadi, mencoba mengerti jalan pikiran Yohanes saat itu, bisa membantu pemahaman.

Pendapat dr beberapa “pakar” Alkitab mengatakan bahwa sebenarnya saat ini sudah memasuki akhir zaman seperti apa yang ditulis Yohanes. Tertulis di Wahyu bahwa bumi akan dilanda kelaparan, bencana alam, sakit penyakit. Sebagian besar Kristiani menganggap ini sebagai tanda-tanda akhir zaman. Buktinya bisa terlihat di berbagai pemberitaan media saat ini, dimana sebagian belahan bumi mengalami kekeringan, di lain tempat malah kebanjiran. Munculnya berbagai penyakit “baru” seperti flu burung, SARS, flu babi, dll.

Jika dibandingkan dengan kejadian yang terjadi di Bumi beberapa tahun atau decade sebelumnya, hal seperti ini memang sudah terjadi berkali-kali. Seperti saat penyakit polio melanda dunia, penyakit cacar air, TBC. Saat itu, obat-obatannya belum ditemukan dan orang-orang (saat itu) menganggap bahwa zamannya adalah akhir zaman. Padahal setelah berlalu bertahun-tahun, ternyata Yesus “belum” datang juga.

TAPI, menurut gw, 1 YANG HARUS DIWASPADAI adalah kelengahan manusianya sendiri, termasuk gw. “Proses” berulang-ulang yang dinyatakan akhir zaman ternyata bukan, bisa melemahkan penjagaan manusia dengan kedatangan Yesus. Oleh karena itu, sangat benar Yesus bilang kalau kita harus tetap berjaga-jaga karena Ia akan datang seperti pencuri.

Friday, September 11, 2009

berharga adalah berharga

Apa yang paling berharga bagi manusia? Harta, tahta, dan wanita? Semua atau sebagian besar bisa bilang demikian. Tapi, tadi semua adalah barang yang “mudah” untuk dicari.

Punya label “berharga” tentu artinya menunjukkan sesuatu yang sangat mahal, susah didapat dan dicari, bahkan orang-orang pun rela mengorbankan apapun untuk mendapatkannya. Satu hal yang gw yakini berharga adalah RELASI. Suatu barang yang berharga dan sangat berharga.

Relasi kita dengan Tuhan, relasi dengan orang lain, dan relasi dengan diri sendiri. Menjaga kesehatan (kualitas) relasi2 ini yang bisa menentukan bahwa hidup ini bermutu atau tidak, hidup ini bahagia atau tidak. Simpel? Terdengarnya memang begitu, tapi tidak mudah buat dilakukan. Namun, akan lebih baik bagi orang-orang yang mau mencoba daripada membaca dan cumin menjadi wacana doang.


indonesia memang kaya!

Percayalah bahwa sebenarnya dari apa yang gw lihat, Indonesia bukanlah negara yang miskin! Negara ini menjadi miskin karena ada orang-orang Indonesianya sendiri yang terlalu malas, memerkaya dirinya sendiri sehingga menjadikan negara ini tampil miskin.

Miskin? Coba lihat dulu, katanya negaranya miskin? Tapi di jaman yang katanya susah ini, gw masih melihat byk orang Indonesia keluar masuk restoran mahal untuk makan. Rela pergi keluar kota demi mengejar makan (malam) doang. Negara ini tidak miskin. Semakin berjalan ke sini, gw semakin sadar, seharusnya masyarakat Indonesia sangat-sangat berterima kasih dan bersyukur kepada Tuhan punya negara ini!

Ada beberapa contoh spt :

A : “Mas, saya mau beli tomat 1 kg”

B: “Ada, mas, 1 kg nya 20.000”

Coba bandingkan,

A: ”Mas, saya mau beli tomat 1 kg”

B: “Maap mas, barangnya ngga ada”

Kelihatan kan? Walau dilanda krisis global, setiap harinya, gw masih bisa melihat buah-buahan, sayur-sayuran dijual melimpah di pasar2. Barang mahal masih bisa dibeli (masih bisa dinikmati). Akan tetapi, kalau barangnya yang tidak ada, mau beli harga selangit pun, barangnya tidak ada.

Thursday, September 10, 2009

cerdik spt ular tapi tulus spt merpati

sekarang sudah hampir 4 taun...hampir selesai...

apa yang gw liat dan terjadi di sekitaran gw adalah nyata. apa yang "diharapkan" di saat-saat dulu kadang ada benarnya, kadang ada salahnya juga. Bersyukurlah 'telah terjadi' karena itu yg jadi modal pengalaman buat menghadapi masalah di kemudian hari.

Apa yang gw rasa benar, ternyata salah juga. Apa yang gw rasa salah, eh ternyata malah benar.
Menilainya ngga bisa pakai cara layaknya game online. harus dialami secara langsung...

Merry Christmas 2015!