Monday, December 29, 2014

Review 2014 : Comfort Zone


Berkaca pada kejadian selama setahun ini, salah satu pelajaran yang bisa diambil adalah
keluar dari zona nyaman.

Pengalaman selama ini saya bisa bandingkan dengan pertandingan Amazing Race. Sebuah reality show yang cepet-cepetan nyampe di tempat tujuan, sambil melakukan berbagai tantangan. Nah dalam setiap tantangan, setiap peserta akan diberikan pilihan untuk memilih tantangan mana yang mau dilakukan. Pasti, semua peserta juga memilih tantangan yang diduga/dikira sesuai dengan kemampuan si peserta. Ada satu istilah dalam permainan tadi, yaitu Detour di mana peserta diminta mengambil jalan putar untuk ke tempat tujuan. Agak tricky, harus cerdas apakah detaour ini akan mempercepat perjalanan atau menghambat.

Ada saatnya seseorang harus keluar zona nyaman. Zona ini memang kelihatannya enak banget. Tapi berada di dalamnya bukan menjadi pilihan satu-satunya. Keluar dari zona ini juga bukan berarti bakal mati total. Sama seperti permainan tadi, harus cerdas juga keluar dari zona nyaman bukan mencari a dead end  tapi detour dalam perjalanan (hidup).

Berada terlalu lama di zona nyaman, berarti makin sedikit tantangan yang diterima. Semakin dikit tantangan yang diterima, makin sedikit juga usaha untuk mengembangkan diri.

Salah dua hal yang dipelajari adalah yang namanya menjadi guru atau dosen, tanggung jawabnya tidak hanya sebatas mengajar dan mengajar tapi juga menjadi pendidik. Zaman sekolah sekarang berbeda dengan zaman sekolah dulu. Lagi, harus cerdik dan cerdas dalam mengajar dan mendidik.

*Keep praying for QZ 8501*

Pray for Indonesia, Jesus Bless Indonesia!

Saturday, December 20, 2014

Ayo Nulis Lagi - Selamat Pak Jokowi dan Pak Ahok

8 bulan puasa nulis! 8 bulan juga ngga sharing2 cerita!

Perubahan kegiatan alias rutinitas sehari-hari, ternyata cukup ngetes manajemen waktu...

Cara jaman dulu udah ngga bisa dipake, harus update dengan menejemen yang lebih canggih. Hah!



___

*Skip, skip*

Di 8 bulan ini, ternyata Indonesia melewati banyak babak-babak baru. Indonesia bangkit, tampaknya memang lagi demikian. Salah duanya adalah Jokowi yang kini jadi RI 1 dan Ahok yang jadi DKI 1.
Lebih baik telat daripada tidak, congrats Mister Jokowi dan Koh Ahok! Semoga di bawah kepemimpinan kalian, Indonesia makin bangkit.
Ngga cuman jadi macan di Asia, tapi jadi garam dan terang dunia! ;D

Jangan sedih ya mister-mister, kan cuman seberangan jalan aja :D


Pray for Indonesia, Jesus Bless Indonesia!

Wednesday, April 16, 2014

TAKSI - Turis



TAKSI
Lagi, tulisan tentang taksi (di Bandung). Semoga ngga bosen dan sharingnya bisa bermanfaat buat yang baca.


Beberapa kali sharing tentang taksi, saya sadar ada yang terlewat setelah menonton acara Scam City, National Geographic yang dihost oleh Connor Woodman.

Apa yang saya lihat di Scam City, hampir sebagian besar tempat-tempat yang dikunjungi, taksi selalu menjadi sarana scam para turis.

Sebelum-sebelumnya, saya sharing sebagai penumpang lokal. Pengguna lokal, itu saja. Tapi kira-kira bagaimana kalau sebagai turis? Apakah perlakuannya akan berbeda?

Cerita saya sharing berdasarkan tanya jawab dan wawancara dengan para supir taksi dan sharing-sharing orang lain. Memang, ada supir yang enak diajak ngobrol, ada juga yang ngga suka ngobrol. Terpaksa diam sepanjang jalan, mendengarkan radio. Bagus kalo mendengar siaran radio, tetapi ngga sedikit yang memperdengarkan percakapan radio taksinya.
Cerita-ceritanya, tidak berarti semua supir berlaku demikian, tetapi bukan berarti juga sama sekali tidak ada. Saya ceritakan apa adanya, tanpa promosi atau memojokkan pihak tertentu.

Apa ada perlakuan berbeda ketika diajak bicara atau ngobrol?
Ya.

Jangankan dengan turis asing yang berbahasa berbeda. Dengan sesama orang Indonesia pun, yang berlogat berbeda, bisa jadi berbeda. Saya alami hal ini di beberapa taksi. Ketika saya mengajak ngobrol dengan bahasa Indonesia, ia (supir) hanya menjawab sebatas yang ditanya.

Ketika saya tahu bahwa ia berbicara dengan bahasa sunda, maka saya coba balas dan mulai ngobrol dengan campur bahasa Indonesia dan sunda. Saat itulah, ia terlihat lebih santai dan nyaman untuk bercerita…panjang lebar.

Meskipun saya lahir di Bandung, ada beberapa kejadian, saya sempat diduga turis dari Malaysia, Singapura, Tiongkok, Korea, atau bahkan transmigran dari Kalimantan atau Medan. Kejadian untuk supir-supir yang bukan dari daerah parahyangan.
Seringkali sulitnya berakting sebagai turis adalah supir-supir itu mengenal aksen bicara saya yang nyunda banget. Saya memang tidak jago akting.

Turis susah dapat taksi?

Masih banyak atau sebagian besar supir yang tidak bisa berbahasa inggris, ternyata membuat mereka enggan menaikkan penumpang turis asing. “Repot, susah jelasinnya!”
Turis Malaysia dan Singapura, katanya masih bisa sedikit-sedikit bahasa Indonesia. Jadi supir yang paham akan menaikkan mereka. Sebagian besar dari mereka pun hanya menyebut tujuannya, Pasar Baru, Lembang, Rumah Mode, dll. Supir tinggal mengarahkan.


Argo?

Duid memang selalu jadi perbincangan. Saya mendapati bahwa turis tetangga punya preferensi satu perusahaan taksi, BB. Mungkin karena pengawasan ketat perusahaannya, jadi tetap berpegang menggunakan argo asli taksinya. Turis yang beberapa kali datang ke Bandung jadi mengerti.

Apa sebabnya, banyak. Salah satunya adalah penerapan argo asli atau borongan. Masih ada taksi-taksi yang ngakunya bersih dari borongan, tapi melakukan borongan ke turis lokal (dari luar kota) dan mancanegara.

Kenapa bisa begitu, saya simpulkan kemungkinan tarif ongkos taksi di Bandung ini memang tergolong murah di bandingkan taksi di negaranya. Jadi, cukup banyak turis yang memberikan uang sratus ribu, tanpa kembalian. Bisa jadi, selembar merah ini sebenarnya masih jauh lebih murah daripada ketika ia kurskan ke mata uang negaranya. Kemudian, para supir pun men-generalisasi bahwa turis ‘mau’ dengan argo borong. Hal ini yang merusak harga.
Itu sebabnya, kenapa turis yang sering datang, cenderung memilih ke taksi BB.

Bagaimana suasana di taksi BB, yang membuat penumpang balik lagi?
Ada beberapa hal yang saya perhatikan, suasana BB yang berbeda dari taksi lain, meskipun dengan tarif yang sama.

1. Selalu pakai AC. (saya sempat singgung di post lalu)

2. Suasana dalam tidak ribut dengan radio perbincangan supir dan operator. Memangnya turis mau mendengarkan? Supir-supir yang sadar, suka mengecilkan suara, tapi ada juga yang kejar tayang. Penumpang di dalam belum sampai tujuan, sudah nyabet penumpang baru.

3. ID Supir. Penumpang lebih tenang dan nyaman ketika tahu siapa yang mengendarai taksinya. ID ini harusnya ada di semua taksi, tapi banyak yang tidak menyertakan juga sehingga mencurigakan apakah supir asli atau supir tembak.

4. BB dan Cp, punya penampilan supir yang baik dan kelihatan profesional. Coba perhatikan dari baju, celana, dan sepatunya. Sangat berbeda dengan supir yang mengendarai dengan sendal jepit atau telanjang kaki.

5. BB melakukan marketing di dalam taksi dengan majalah internalnya. Saya tertarik di salah satu halaman yang menuliskan daftar barang kembali. Barang-barang penumpang yang tertinggal dikembalikan ke pemiliknya.

Saya merasa hal ini bisa berdampak bagi penumpang memberikan image sebagai taksi yang aman dan profesional.
Selebihnya, scamming taksi yang paling sering adalah diajak berputar-putar. Jadi survey lebih dulu tentang peta jalan kota/tempat tujuan jika harus menggunakan taksi. Have a safe trip in Bandung!

**Jangan sampai cerita tentang taksi mengurungkan niat ke Bandung. Masih banyak hal-hal menarik yang bisa jadi bahan cerita seumur hidup ketika berkunjung di Bandung. Kota ini lagi bangkit. :)**


Pray for Indonesia, Jesus bless Indonesia.

Tuesday, April 15, 2014

Disconnect to Connect

Beberapa bulan lalu, saya putuskan mengeluarkan salah satu barang 'wajib' dari tas sehari-hari. MP3 player. Tujuan awalnya, mencoba supaya bisa lebih sosial, ngobrol.

Awalnya memang berat untuk melepaskan 'teman' sepanjang perjalanan atau sekadar menunggu. Apalagi kenyataannya, bila berada di angkutan umum, toh penumpang lain juga sebagian besar selalu sibuk dengan elektroniknya.

Entah main game atau chatting, sambil sebuah kabel tersambung ke telinga. Kejadian yang sama ngga cuman di angkutan umum, tapi sebenarnya hampir di semua tempat. Sayang, teknologi yang harusnya membuat dekat justru malah bikin tambah jauh. Saya merasa bahwa saya juga mengalami hal yang sama, tapi saya mencoba membatasi, walau memang ngga mudah.


Beberapa cara/ aturan yang saya coba adalah, tidak main hape ketika sedang bersama orang-orang/teman/ keluarga. Minimal saya silent, at least tahu ada sms atau telepon. Kalau dilihat tidak begitu penting, bisa dibalas lagi nanti atau telepon balik.

Cara kedua adalah 'nyabut' MP3 dari daftar barang wajib bawa. Penggantinya, saya coba lebih mengoptimalkan gambar-gambar/corat -coret di buku

Waktu itu, ketika terjebak hujan lebat dan tidak bisa pulang, saya putuskan untuk ngopi dulu sambil nunggu hujan agak reda. Mencoba merekam suasana orang-orang saat itu. Berlalu-lalang, juga yang sedang ngopi-ngopi.
Mereka yang sendiri tidak sedikit yang telinganya 'disumpal'. Berdua atau bertiga dengan teman-teman, atau dengan keluarga.



Pray for Indonesia, Jesus bless Indonesia!

Tuesday, April 01, 2014

Liver : Healed



Kalau ditanya, apa "kado" terbesar saat ini, bisa dibilang kesembuhan mami saya sendiri adalah kado luar biasa.

Ternyata selama ini, ceritanya hanya menjadi "draft"! Tanpa sempat dipublish. Selama itu juga, ceritanya ngga jadi berkat buat orang lain.

Singkat cerita...

Mami ternyata jaga makan makanan cukup banyak. Sebut aja, (dulu) daging sapi, daging ikan ngga bisa makan, makanan asam pun ngga. Alasannya, ngga bisa masuk. Lain dengan sekarang sudah mulai mau, berhubung perlu gizinya dari makanan tersebut.

Sampai satu hari, mami yang suka mual-mual dan perut terasa nyeri melilit-melilit, dibawa untuk cek ke dokter. Obat-obat ngga mempan, akhirnya cek untuk endoskopi. Di sana ketahuanlah, ternyata lambungnya 'bocor'. Menurut dokter, ada lubang/luka di lambung.
Dokter lab memberikan rekaman 'perjalanan' selang di dalam lambung. Terpaksa distop ditengah-tengah. Ngga kuat liatnya. Yaa namanya juga arsitek, urusannya selalu kertas, tinta, semen, bata. Haha

Selidik punya selidik, dari sana berlanjut lagi untuk cek up livernya. Yang mengejutkan, dari hasil cek up, ada angkanya yang tinggi, ternyata mami kena sirosis stadium tinggi. Ahh. Apa yang lain tidak syok? Pasti.

Konsultasi dengan dokter, bisa jadi terjadi karena salah satunya mami yang suka bangget makan pedes. Sepedes apa? Pedesnya ngga ada yang bisa menyaingi di rumah. Ketika orang lain bilang sudah sangat pedas, mami mungkin bisa bilang biasa saja atau ngga kerasa.

Pergumulan berbulan-bulan, sambil minum obat, sambil doa. Kami di rumah hanya selalu mengingatkan untuk menjaga supaya tidak makan yang terlalu pedas. Karena, alasannya, kalau ngga ada rasa pedas, yaa ngga nafsu untuk makan.

Sampai di akhir 2013, Oktober/Novermber, saat cek up lagi livernya. Melihat hasilnya, dokter tidak berkomentar apa-apa selain memberi tepuk tangan dan memberi selamat kepada mami saya. Angka yang begitu tinggi, sekarang normal, bahkan di bawah angka bahaya.

Kakak saya yang belajar medical science pun bilang, hal ini hampir mustahil. Praise the Lord!!

Apakah tanpa pedas berarti tanpa selera makan? Ngga juga. Sekarang, kami sangat senang melihat mami yang bisa makan walau dengan sangat sedikit pedas atau bahkan tidak pedas sama sekali. Justru jadi ngga kuat makan pedas.

Thank you Lord!


Pray for Indonesia, Jesus bless Indonesia!

Saturday, March 15, 2014

Food Drawing

SUSHI, Waraku, PVJ

Sharing-sharing...dari yang bertanya...


Why?

Beberapa bulan lalu saya coba untuk melatih menggambar makanan. Kenapa makanan?

Pada awalnya, ketertarikan ini hanya coba-coba setelah terpancing melihat beberapa posting yang saya  lihat di blognya urban sketcher. Beberapa orang yang saya perhatikan cukup sering menggambar dan mewarnai entah sarapan atau makan siang, atau saat santai di sebuah coffee shop.

Sampai pada suatu hari saya melihat sebuah post yang sangat menarik hati (halah...) dari urban sketcher - saya lupa namanya- tapi kalau tidak salah ingat ia menggambar croissant dan secangkir kopi. Garisnya begitu luwes. Sapuan kuas cat airnya tidak memenuhi bidang gambar, tapi makanan itu kelihatan 'hidup'.

Dari situlah saya mulai berlatih ngasah skill gambar di situ.

How?
Ternyata hobi ini bisa menjadi perjalanan menarik juga untuk sekaligus keliling kuliner. Nyoba-nyoba makanan , ngga hanya rasa tapi sekaligus memperhatikan plating nya.

Sekarang, dengan banyaknya bantuan sos-med seperti instagram, sangat mudah untuk mencari foto-foto makanan untuk digambar. Orang-orang dengan beragam kemampuan mengambil angle yang pas untuk mengabadikan makanan. Saya bisa berlatih dengan menggambar ulang dan berlatih mewarnai sampai makanan itu kelihatan 'hidup'.

Bahkan, adanya sos-med, kesempatan itu seperti unlimited. Contohnya, ketika saya mem-follow postingan makanan 2-3 orang, belum beres berlatih satu gambar, sudah ada gambar-gambar yang lainnya!

Kesempatan sudah ada, tinggal bagaimana mau latihan saja.
Salah seorang urban sketcher bilang di postnya...kurang lebih "Mau bisa bagus yang ngga instan. Semua ada prosesnya. Masalahnya apa mau berproses lewat latihan-latihan dari kesempatan yang udah ada atau ngga. Pilihan :)"

What?
Akhirnya, inilah salah satu sarana yang saya pakai buat promosi Indonesia ke luar negeri. Nggambar makanan khas Indonesia...

Pray for Indonesia, Jesus Bless Indonesia!

Friday, February 14, 2014

Sunday, January 19, 2014

Bible and Science 25 : Body Never Lies, Smile!






Berdasarkan hasil penelitian, ada tiga tingkah laku manusia yang (mudah) menular ke orang lain, yaitu :

1. Menguap
2. Senyum
3. Tepuk tangan

Hmm iyah juga yah?

Sejak tahun 1960-an, tingkah laku manusia mulai dipelajari secara ilmiah. Suatu tingkah/gerakan anggota badan (gesture) bisa  mengekspresikan suasana hati/ perasaan/ sikap seseorang saat itu.

“Learning is acquired by reading books, but the much more necessary learning, the knowledge of the world, is only to be acquired by reading men, and studying all the various edition of them”
Lord Chesterfield, “Letters to His son”

Christopher Brannigan dan David Humpries memimpin sebuah tim riset di Inggris yang mempelajari tentang gerak-isyarat/ bahasa tubuh. Mereka memisahkan 135 gestur dan ekspresi wajah, kepala, dan badan. 80 diantaranya melibatkan ekspresi wajah dan kepala.

Dicatat, ada 9 (sembilan) mengenai senyum. Tiga dari sembilan tersebut paling banyak ditemui dalam kejadian sehari-hari.

Pernyataan ini kemudian didukung oleh Dr. Ewan Grant, peneliti dari Birmingham University, bahkan ia menambahkan jenis ekpsresi senyuman.

1. Senyum Simpul (Simple Smile)
·         Bibir terangkat tetapi mulutnya tetap rapat, tidak memperlihatkan giginya.
·         Sering dibilang juga sebagai “senyuman khas omong kosong” atau “typical nonsense smile”.
·         Biasanya tampak pada orang yang sedang ada di dalam kegiatan yang berlangsung (mungkin rapat). Bisa juga ketika seseorang sedang sendiri dan perasaan senang. Ia lagi senyum kepada dirinya sendiri.

2. Senyum Tipis (Upper Smile)
·         Di sini, orang mulai sedikit membuka mulutnya sehingga biasanya (hanya) gigi atasnya terlihat. Senyum ini biasanya juga ada kontak mata antar individu yang bersangkutan. Tidak sedang sendiri.
·         Sering disebut juga “senyum apa kabar” atau “how-do-you-do smile
·         Senyum yang bisa dipakai untuk memberi salam saat bertemu orang yang dikenal atau pada anak-anak ketika memberi salam kepada orang yang lebih tua.

3. Senyum Lebar (Broad Smile)
·         Mulut terbuka, bibir ditarik ke belakang. Gigi atas dan bawah terlihat tapi jarang terjadi kontak mata antar individu.
·         Senyum ini paling sering terlihat ketika sedang bermain dan ada hubungan dengan tertawa.

Ternyata, senyum tidak melulu berhubungan dengan suasana yang menarik/ menyenangkan. Grant mengatakan untuk berhati-hati terhadap “senyum tarik” atau “oblong smile

4. Senyum Tarik (Oblong Smile)
·         Bibir ditarik penuh dari gigi bawah dan atas membentuk celah sepanjang bibir.
·         Senyum ini sering dipakai ketika seseorang harus bersikap sopan.
·         Senyum ini tidak mengungkapkan suatu perasaan. Orang banyak memakai bila sedang berpura-pura menikmati sebuah gurauan atau ‘menikmati’ suasana yang sedang berlangsung.

5. Senyum Gigit-Bibir (Lip-in Smile)
·         Hampir sama dengan senyum tipis tetapi bibir bawah ditarik dan digigit.
·         Paling sering kelihatan pada perempuan (pada tingkat remaja atau beranjak dewasa) yang malu-malu kucing/ pemalu.
·         Senyum ini bisa juga terlihat dari perempuan yang bosan/lelah ‘dikejar’ bosnya di kantor.

Biasanya tubuh mengekspresikan beberapa gesture sekaligus untuk menggambarkan satu tingkah laku. Semakin banyak (setidaknya lebih dari satu) gesture yang muncul, semakin mudah untuk menafsirkannya.

Sama halnya dengan senyuman, cara mudah melihat senyuman seseorang tulus atau tidak adalah melihat gesture lainnya, yaitu otot mata.

Bila seseorang benar-benar sedang tersenyum alami (bukan dibuat-buat), maka tidak hanya bibir yang ditarik, tetapi otot di ujung luar mata ikut berkontraksi. Ketika otot itu tidak berkontraksi, maka ia sedang “senyum tarik”, tidak menikmati suasana saat itu.

“Watch out for the man whose stomach doesn’t move when he laughs”
Cantonese proverb

Pray for Indonesia, Jesus bless Indonesia!

Thursday, January 16, 2014

Anzac Memorial


Juli 2013, setelah selesai Hillsong Conf, hari sabtu itu kami pakai untuk jalan-jalan melihat sedikit keanggunan kota Sydney, dipandu "guide" dadakan saat itu. Thanks J!

Saat jalan-jalan itu, saya merasa begitu manusiawinya kota ini. Seperti yang saya rasakan beberapa sebelumnya, ketika pertama kali menginjakkan kaki di Singapura. Sampai di suatu tempat, sebuah memorial di Hyde Park, Sydney.

Ada hal yang menarik di sini...



Saya hanya menulis ulang apa yang tertulis di dalam ruangan.

Stars of Memory


Rising above you to a height of 26 meters is the dome of the Hall of Memory. The 120.000 golden stars covering the ceiling honour the men and women from New South Wales who enlisted for service their wounds and 50.000 were wounded. Many others were left with the other effects of war, including mental scarring.

When the ANZAC Memorial was constructed between 1932 - 1934 there were a shortage of funds due to the effects of the Great Depression. In order to complete the building, the Trustees accepted a proposal that members of the public could contribute by purchasing a star for two shillings (20 cents) each. While not all of the stars were sold, sufficient funds were raised to enable the completion of the Memorial.

The stars are made from plaster covered with gold paint and glued into position. It is not known why the density of the stars increase towards the top of the dome.

Kalimat paragraf terakhir itu cukup menarik perhatian dan memancing orang untuk ngecek yang saya lihat benar. Hmm,,, mungkin ilusi mata karena bentuk dome?


Ditanya, apa saya mau untuk mengunjungi kembali Sydney?
Saya jawab, "Pasti!"



Pray for Indonesia, Jesus Bless Indonesia!

Tuesday, January 07, 2014

2014


re-SOLUTION




Apa saja yang terjadi selama 2013 dan menjadi pelajaran adalah memanfaatkan dan mengembangkan apa yang sudah saya punya. Ketika melihat lagi catatan-catatan selama 2013, kejadian ini relatif paling banyak ‘diingatkan’.

Tidak mau bertindak karena alasan tidak/belum memiliki sesuatu merupakan alasan sakti pribadi sehingga tidak maju dan berkembang optimal. Merugikan diri sendiri, YA!
Untuk itu, saya coba untuk tetap fokus melatih dan mengembangkan apa yang sudah ada sambil mengembangkan hal-hal baru lainnya.

The Main
Saya harap tahun ini bisa lebih banyak melayani dan lebih banyak cerita yang bisa dishare. Artinya, lebih banyak kejutan-kejutan yang Tuhan kasih… Yeaay!

I’ll never walk alone

Keep Drawing
Dalam urusan menggambar –talenta yang paling saya sadari- tahun 2013, bisa dibilang cukup mencapai target. Durasi dan presisi menggambar. Dibandingkan tahun sebelumnya, cukup terasa, bisa menggambar efektif dan efisien.

Gambar seperti dulu bisa diselesaikandengan waktu yang lebih singkat. Durasi yang sama bisa menghasilkan gambar yang jauh lebih detil dan –cukup- rapi. Misalnya dari sisi perspektif dan proporsi. Belum dengan kerapihan garisnya.

Dalam presisi menggambar, setidaknya saya makin yakin untuk menggambar langsung dengan tinta/spidol/ballpoint, tanpa pensil dulu.

Thank you Lord!

Tahun ini saya targetkan untuk gambar lebih efektif dan lebih efisien lagi. Ditambah otodidak untuk menggambar berwarna dengan cat air. Perlengkapan dan peralatan sudah ada, tinggal melangkah.
Satu hal lain yang menjadi target, melatih gambar figur orang. Anatomi manusia, laki-laki dan perempuan. Perlu studi-studi gambar wajah, struktur anatomi, gerakan tubuh atas, bawah, dll (wah banyak!)

Keep Teaching
Perlu mengembangkan lagi cara-cara efektif dan kreatif untuk mengajar orang. Cara-cara yang kelihatan cukup ampuh di tahun lalu perlu dipoles lagi, perlu ditambah cara-cara baru yang lebih unik dan kreatif. Termasuk bagaimana menghadapi karakter-karakter ank yang diajar.

Bahasa asing sangat perlu dilatih lagi. Saat ini mungkin belum terlalu PD untuk ngeblog dengan Inggris (walaupun sebenarnya sangat ingin, supaya tulisannya punya range pembaca yang lebih luas – kalaupun ada yang ngebaca), saya akan coba menulis catatan/ sermon notes dengan inggris.
Mencatat dengan doodle sudah, tapi dengan inggris masih bolong-bolong.

The Others
Keep smiling and make others happy.

Percaya aja, tiba-tiba ada aja!
 

Keep praying for Indonesia, Jesus bless Indonesia

Merry Christmas 2015!