Sunday, June 06, 2010

Quality of Life




Saya dan mungkin setiap orang selalu ‘mencari’ selama hidupnya. Katakanlah, mencari jati diri jati diri, mencari Tuhan, mencari cita-cita saat besar, mencari kebahagiaan dalam hidup, mencari sekolah yang terbaik buat dirinya, mencari pasangan yang pas dengan dirinya, mencari teman yang baik, dan terus mencari.

Well, at least, saya rasa menentukan kualitas hidup berharga atau tidak, bahagia atau tidak hanya lewat 3 hal. Pertama, relasi dengan Tuhan, kedua, relasi dengan diri sendiri, dan relasi dengan orang lain. Ketika seseorang mempunyai ketiga kondisi relasi yang sehat, saya merasa orang tersebut bisa dibilang orang terbahagia di dunia. Jadi, ketiga hal itu merupakan ketiga hal paling berharga yang dimiliki setiap orang.

Ada beberapa syndrom penyakit yang dimiliki manusia yang nyatanya merusak bahkan bisa sangat merusak kesehatan relasi-relasi tadi. Termasuk saya sendiri juga pernah punya dan saya membagikan apa yang saya lihat dalam perjalanan hidup saya.

Pertama, Syndrom Prestasi.

I just try my best. Itu bagus untuk menjadi yang terbaik. Akan tetapi, tidak ada hal ‘terlalu’ yang bagus. Semua hal kalau masuk yang namanya terlalu, pasti menjadi ada yang salah. Secara pribadi, saya akan lebih senang menyebut be the best that I can. Setiap kemampuan manusia ada batasnya

Sejak dari TK sampai sekarang di universitas bahkan sampai dunia kerja nanti saya akan selalu menghadapi persaingan dan kompetisi. Di mana seseorang berusaha berprestasi untuk menjadi lebih baik dari orang lain. Saya merasa bangga ketika saya sukses mencapai sesuatu. Ada orang-orang yang turut senang juga ketika melihat saya berhasil. Tapi, apakah saya sendiri juga merasa senang jika melihat orang lain berhasil? YA… baru-baru ini. Tidak mudah melewati proses untuk menjadi seseorang yang berbesar hati dan ‘berkeset’ untuk ikut bahagia melihat keberhasilan orang lain.
E.g. : Kisah Saul dan Daud

Kedua, Syndrom Pujian

Siapa orang yang tidak suka dipuji? Sejujurnya, saya sendiri pun merasa senang ketika ada orang yang memuji. Saya merasa bahwa pujian tadi merupakan penghargaa atas kerja yang saya lakukan yang bisa menjadi dorongan untuk pekerjaan selanjutnya. Tapi, membangun hidup atas dasar pujian? NO WAY!

Apa yang mau dicapai dengan menjadi orang yang gila hormat? Syndrome Pujian punya 2 dampak utama yang bisa terlihat dari orang-orang yang mengidap penyakit ini.

Dampak Ektrem Kiri, Syndrome Pujian pada akhirnya membuat seseorang tidak mau bergaul dengan orang lain karena merasa dirinyalah yang terbaik, terpandai, terpintar, tercerdas, tertahu segalanya, dan bla bla bla. Orang lain dianggap tidak ada apa-apanya. Oleh karena itu cenderung mengasingkan diri.

Dampak Ekstrem Kanan, Syndrom Pujian akan membuat seseorang melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia sebut sebagai ‘kepuasan’. Segala cara dilakukan untuk mengejar pujian dari orang lain.

Jelas, hal-hal tadi ngga bisa dijadikan dasar atau sumber untuk mendapatkan kebahagiaan. Jadi, saat saya melihat seseorang berkata atau menulis semacam PM di layar chatting atau jejaring sosial tentang bagaimana ‘buruk’nya kehidupan dirinya, pasti ada yang tidak benar dengan kesehatan salah satu tiga relasi tadi. Yang penting menyadari bahwa kesalahan itu berasal dari diri sendiri dan bukan dari orang lain.

Merry Christmas 2015!