Friday, December 10, 2010

hear-share


v.a.l.u.e.

[untuk kalangan pribadi]

Pengalaman mendengar seperti ini bukan untuk pertama kalinya. Selama beberapa tahun terakhir, pengalaman ini semakin sering. Jika ada keinginan dalam hati, saya percaya Tuhan yang akan melatih kepekaan masing-masing anakNya untuk mendengar suara Bapanya. Namun, tidak semua orang bisa percaya apa yang saya saksikan. Untuk itulah mengapa saya tulis ‘untuk kalangan pribadi’

I heard…

Beberapa minggu lalu di awal akhir bulan Oktober. Kamis malam, dalam hati saya mendengar suara dengan jelas, “Berdoa untuk seseorang supaya tetap pelayanan” (saya dengar namanya disebut waktu itu). Dalam hati saya berkata agak heran dan sedikit membantah, “Tuhan, kenapa saya harus doakan? Orang ini kan memang udah jadi HT (hamba Tuhan), pelayanannya luar biasa”. Setelah itu, suara itu tidak muncul lagi.

Keesokan harinya pada Jumat malam, sekitar waktu yang sama, spontan suara di dalam hati itu muncul lagi. Saya sangat yakin ini suara yang sama pada saat Kamis malam. Suara itu bilang, “Katakan tetap rendah hati karena Tuhan akan pakai untuk kapasitas yang lebih besar”. Setelah itu hilang lagi. Saya sedikit mengerti apa yang saya tanya malam sebelumnya.Ssaya pastikan akan sampaikan saat Sabtu keesokan harinya.

Satu, Dua, dan Tiga!!

Kebaktian di minggu terakhir Oktober, dia yang berkhotbah. Saat itu, masih saya ingat di dalam ingatan, dia memberikan kesaksian bahwa beberapa waktu sebelumnya dirinya ditawarkan pilihan untuk bekerja dengan gaji yang besar atau tetap pelayanan di gereja (yang cenderung “tidak ada uangnya”). Dalam pergumulanya, ia memutuskan untuk tetap melayani Tuhan. Bukanlah pilihan yang mudah! Ketika mendengar khotbah itu, suara yang sama itu muncul lagi, semakin meyakinkan saya untuk share apa yang saya dapat beberapa hari lalu. Share ini tentu bisa menjadi peneguhan juga buat dia. Tapi, saya ngga memberanikan diri dan merasa ragu (keputusan yang salah).

Saya putuskan akan sampaikan di minggu selanjutnya saja, tetapi lewat juga pertemuan yang kedua tanpa saya share (kesalahan kedua). Sampai di minggu pertama November, itu pertemuan ketiga kalinya. Di minggu itu, ia memberi kesaksian bahwa bagaimana ia diajar untuk merendahkan hati tanpa memandang status atau jabatan. Hari itu, suasana hati sangat tidak enak ketika ia ditugaskan untuk memimpin kelompok doa.

Singkat cerita, dia meminta seorang teman untuk dijadikan saksi, meminta maaf kepada kepala OB karena pernah nimbrung gosip tentang dirinya. Meski di dalam diri tidak puas, tetapi itulah kuncinya. Suasana kelompok doa pun jadi berbeda, kembali merasakan hadirat Tuhan. Lagi, pertemuan ketiga itu saya semakin disadarkan kenapa Tuhan bilang begitu. Sepertinya dia sendiri lagi diajar Tuhan untuk itu, kerendahan hati! Tapi…tidak saya share, masih saya tahan (kesalahan ketiga).

Yang keempat…

Semakin saya tahan, justru suasana hati saya yang semakin ngga enak. Sejak minggu pertama-kedua, kedua-ketiga, dan setelah ketiga, dorongan di dalam hati itu semakin besar dan terasa “menyakitkan”. Bagaimana tidak, selama itu dan sepanjang itu saya selalu dengar suara, “ Share it, share it!”. Sampai akhirnya, saya ceritakan ke orang tua, masing-masing di waktu berbeda. Keduanya mengeluarkan nasihat yang sama dan mendorong harus disampaikan. Kemudian ayah saya mengingatkan bagaimana perasaan nabi Yeremia waktu dirinya tidak menyampaikan pesan Tuhan kepada bangsa kesayanganNya, hatinya serasa dibakar.

Oke, saya putuskan untuk tidak menghindar lagi di minggu keempat. Saya berdoa supaya saya bisa menyampaikan dengan hikmat, tidak membuatnya tersinggung. Jujur, saya sedikit takut dan ragu karena merasa ‘siapa saya’ berani berkata seperti ini kepada pemimpinnya?

Singkat cerita, di ‘pertemuan’ keempat, di minggu kedua November, gereja mengadakan open house bidang pelayanan. Di sela-sela itu, saya temui dia, meminta waktunya di akhir kebaktian untuk share. Dia mengiyakan. Saat itu, saya merasa ada sedikit kelegaan dalam hati. Beban besar itu terasa berkurang. Sampai akhirnya di akhir kebaktian, saya share apa yang saya dapat.

Setelah mendengar itu, dia bercerita lagi bagaimana ia sendiri pun lagi dilatih Tuhan untuk merendahkan diri melalui kejadian yang dia saksikan di khotbahnya. “Dosa kesombongan memang tidak terlihat oleh diri sendiri. Hanya kelihatan oleh orang di sekitar kita”, katanya lagi. Saya bilang lagi, bagaimana lega rasanya setelah sharing ini (walaupun tidak sedetil yang saya tulis sekarang).

Saat bilang mau ketemu aja udah kerasa lega, setelah dishare justru lebih lega lagi.. Di akhir, ia mendorong tidak perlu takut (saya interpretasikan : ketemu pemimpinnya) jika ada yang mau di-share atau diceritakan berikutnya. Ada kerendahan hati yang sudah terlihat dari dirinya.

Take time to realize

Saya berharap bahwa apa yang saya sampaikan kepadanya tidak terlanjur “basi” gara-gara kelamaan. Tiga minggu lewat bagi saya untuk menghilangkan keraguan sampai akhirnya saya bilang ke dia. Semoga tetap bisa menjadi peneguhan buat dirinya. Saya sadar ketika hal ini terjadi, di satu sisi saya sangat bersyukur karena apa yang terjadi dalam diri saya sendiri pun adalah kasih karunia Tuhan saja.

Di sisi lain, ketika Tuhan ingin memberikan kapasitas yang besar dan lebih besar buat pemimpin,Tuhan akan memakai gerejaNya untuk melahirkan bayi-bayi rohani melalui dirinya. Saya melihat sendiri bagaimana jiwa-jiwa baru terus berdatangan setiap minggunya. Mungkin ini saatnya Tuhan persiapkan dirinya diberi tanggung jawab lebih besar oleh Tuhan (di tahun-tahun mendatang, at least di tahun 2011) supaya segala keberhasilan yang datang memang karena kasih karunia dan anugerah Tuhan.

Amin!!

~God Bless Indonesia~

Merry Christmas 2015!