Di kota Bandung, saya merasa bahwa penggunaan taksi tidak seramai dan seumum seperti di Jakarta.
Alasan yang mendasar kenapa taksi ‘tidak laku’ adalah pendapat orang2 dahulu bahwa taksi adalah angkutan mahal. Artinya, ia (taksi) cuman ‘mau’ nampung maksimal 4 orang, ongkosnya mahal bisa berkali2 lipat dari angkot.Padahal, kalau sekarang diperhatikan, ongkos yang dipakai untuk naik angkot dan taksi tidak terlampau jauh berbeda.
Diukur secara uang langsung, angkot sudah pasti lebih rendah dibandingkan argo taksi. Yaa anggaplah mahalnya itu untuk membayar apa yang tidak bisa didapat dari naek angkot. Misalnya, kenyamanan taksi atau waktu tempuh perjalanan. Maklum saja, sebagian besar orang-orang kita ini belum begitu bisa menghargai waktu. Jadi, faktor ‘lebih cepat sampai tujuan’ sepertinya tidak menjadi point taksi yang dianggap.
Dari kebiasaan ngajak ngobrol supir kalau lagi naek taksi, ternyata saya tahu kalau supir pun sebenarnya pilih-pilih penumpang untuk dijemput. Seringkali supir2 yang sudah pengalaman yang melakukan ini. Kenapa? Karena ngga semuah penumpang yang diangkut adalah orang-orang baik. 1000 orang yang diangkut, berarti mengangkut 1000 orang dengan karakter berbeda.
Beginilah salah satu cara mereka (supir) mengetes penumpangnya, terutama untuk kasus penumpang yang ngga mau bayar --> kasus yang paling sering terjadi…
1. Tawarkan Harga Borongan
Sudah umum, yang namanya taksi pakai argo. Mana ada penumpang yang mau naek taksi dengan harga tembak atau borongan? [ karena biasanya selalu lebih mahal daripada pakai argo]. Tamu/klien/penumpang ketika mau pakai taksi, pastilah ia sebut dulu tujuannya. Ketika itu, supir pasti langsung punya bayangan tentang kisaran argo yang akan dipakai. Nah, tetapi yang terjadi adalah supir ngetes dengan langsung menawarkan harga borongan 2x lipat kisaran tadi. Jika tamunya malah bilang “oke”, bisa dipastikan tamu tadi disuruh turun. Ia langsung dicap tamu tidak bayar.
Contohnya : Saya mau ke tempat X. Di satu sisi, saya dan supir saling mengetahui bahwa kisaran biaya ke sana dari tempat saat ini adalah (katakanlah) 50 rb. Tapi, supir tadi menawarkan 100rb. Tentu kalau saya orang yang waras ‘kan akan menolak tawarannya.
2. Beli Bensin
Cara lain adalah untuk tamu yang minta ke luar kota. ketika tamu sudah bilang minta diantar ke kota tertentu (seringkali minta diantar ke Garut, Tasik, dan Sumedang), maka di tengah-tengah jalan supir pura-pura pinjam uang untuk beli bensin. Hal ini untuk mengetes jika penumpang sebenarnya membawa uang atau tidak. Ketika tamu bilang tidak ada atau dengan alasan akan dibayar di tempat tujuan, jangan heran jika diturunkan supir taksi.
Apakah tidak heran orang yang pergi ke luar kota tidak membawa uang sedikit pun? Kota2 tujuan seperti tadi adalah kota2 dengan banyak gang. Ketika sampai, dengan alasan mengambil uang di dalam gang, tahu-tahu orangnya sudah hilang entah ke mana. Jadi daripada mengambil resiko itu, lebih baik diturunkan langsung.
Pertama kali mendengar, memang lucu dan unik bagaimana cara2 supir taksi mengetes penumpangnya. Supir yang satu punya cara yang berbeda dengan supir yang lain. Karena nyatanya seperti di Bandung, kasus tidak bayar justru lebih banyak dilakukan oleh orang-orang berdasi yang menginap di hotel2 berbintang.