Friday, October 23, 2009

dream a dream

Hari itu pertama kalinya seorang anak laki-laki sadar bahwa di jalan yang sering dilewatinya dalam perjalanan ke dan dari sekolah ada sebuah bangunan di pojokan satu jalan. Saking besarnya, anak itu sempat meragukan kalau bangunan itu sebenarnya adalah rumah tinggal. Dalam hati, ia berkata,”Keren. Bangunannya keren. Pasti kaya gini kerjaannya arsitek.”

Meskipun ia pada saat itu ga terlalu suka dengan bangunan gaya Roma dan Yunani atau klasik, lagi dalam hatinya bocah itu tetap menyangkal ingin memiliki rumah seperti itu nanti. Hal yang memerkuat tekadnya untuk lanjut kuliah 6 tahun mendatang untuk jadi mahasiswa arsitek.

9 tahun kemudian, bocah ini berhasil masuk ke jurusan yang ia dambakan, bahkan sekarang sedang berusaha menamatkan tahun terakhirnya di sebuah universitas swasta ternama di Bandung. Bersama beberapa orang temannya menjalankan proyek studio akhirnya dibimbing seorang dosen yang tak diragukan lagi kemampuan keteknikannya. Tak hanya mahasiswa, tapi dosen pun meyakini kemampuannya. Mungkin hal inilah yang membuatnya ditakuti para mahasiswa. Di sisi lain, ia tetap seorang manusia yang tidak ragu untuk membagi-bagikan ilmu dan pengalaman yang ia dapat kepada orang lain. Sampai tiba pada salah satu sesi bimbingan, dosen itu memerlihatkan salah satu hasil pekerjaannya kepada anak-anak bimbingannya. Gambar itu tampak familiar.

Ya, itu tampak bangunan yang sering bocah itu lihat 9 tahun lalu. Tertera nama dosennya di lembar itu. Sang arsiteknya berada di hadapannya selama ini tanpa ia ketahui 

Merry Christmas 2015!