Saturday, January 30, 2010

maturity & attitude



“Karena (menjadi) dewasa adalah sebuah pilihan”
Burung rajawali adalah salah satu jenis burung yang tinggal di ketinggian. Hal ini mencegahnya dari serangan-serangan predator. Sekaligus menjamin keamanan anak-anaknya. Ketika burung rajawali bertelur dan anaknya telah menetas, sang induk selalu memanjakan anaknya. Mereka membangun sarang yang nyaman bagi anaknya, memberi makan yang cukup kepada anak-anaknya. Akan tetapi, ada saatnya sang induk berpikir bahwa “inilah waktunya”. Sudah waktunya bagi anaknya untuk tidak dimanjakan lagi. Oleh sebab itu induk burung rajawali akan menghancurkan sarangnya. Anak-anaknya menjerit-jerit jatuh dari ketinggian. Tentu bukan hal yang mudah bagi sang induk melihat anaknya ketakutan. Akan tetapi, sebelum anaknya jatuh, sang induk terbang dan menangkap anaknya. Dibawanya lagi terbang tinggi dan dilepaskan lagi. Terus berulang-ulang. Selama proses itulah sang anak berusaha menggerakkan sayapnya. Gerakan kepakan-kepakan itu merangsang hormon dalam tubuhnya untuk berkembang. Sampai si anak sadar bahwa dirinya harus bisa terbang sendiri. Apa yang dilakukan induknya adalah untuk kebaikan dirinya.

Sungguh, perjalanan hidup bertahun-tahun ke belakang seharusnya bisa menjadi pelajaran untuk hidup di tahun-tahun mendatang. Bagaimana Tuhan membawa saya kedalam tahun-tahun yang (tampaknya) mengecewakan dan penuh air mata. Namun setelah disadari, hari-hari yang lewat itu adalah sebuah proses kedewasaan. Menurut saya, kedewasaan berarti berurusan dengan sikap dan tindakan. Artinya, kalau mau mendapatkan hasil yang lebih baik harus ada perubahan sikap dari yang lama dan bertindak. Dalam khotbahnya, Johnson Sinaga menyampaikan beberapa alasan mengapa orang tidak mau berubah :

1. Ia tidak memulai dari apa yang sudah ia punya. Kebanyakan orang selalu berpikir dirinya tidak bisa berubah karena tidak punya apa-apa. Padahal sejak lahir setidaknya kita diberi 1-2 talenta dari Tuhan, kita perlu mencari tahu.

2. Ketakutan; merasa dirinya tidak sanggup untuk bergabung dengan lingkungan baru. Ia tidak mau menanggung konsekuensi perubahan (misal kehilangan teman – Tuhan selalu sediakan kebutuhan kita-). Padahal justru Tuhan bisa memberi teman-teman yang lebih cocok dan sesuai dengan dirinya.

3. Kesombongan; merasa dirinyalah yang paling benar saja.

4. Kemalasan; bisa jadi karena terlalu lama berada di dalam comfort zone atau tidak mau berusaha untuk mencoba lebih baik “...tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu...” (Rm 12 : 2) Pembaharuan = ada perubahan terus menerus. Tidak bisa untuk terus diam di tempat.

“Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, emikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia” Ulangan 32 : 11-12

Merry Christmas 2015!