Kabar yang seperti itu jelas bukan untuk pertama kalinya bagi pemimpin PD, tetapi pemberitahuannya yang mendadak akan menyulitkan bagi si pemimpin untuk segera mencari penggantinya. Lalu, “…tapi, Pak, tenang saja, saya sudah menyiapkan anak buah, tangan kanan saya untuk menggantikan besok…” lanjut suara di seberang sana. Si pemimpin pun lega karena tidak perlu mencari gantinya.
“Mana orang penggantinya?” saya membatin. Tak lama kemudian tampak seseorang menaiki tangga. Postur tubuhnya tidak terlalu tinggi, wajahnya dan potongan rambutnya tampak masih sangat muda. Sedikit banyak mengurangi persepsi saya & mungkin juga persepsi orang lain akan kesan orang yang berwibawa. Namun, orang itu berpenampilan sangat rapi. Berbalut jas hitam, berdasi merah maroon bermotif, dan kemeja putih polos bergaris. Ia membawa sebuah tas berukuran sedang yang dipastikan berisi sebuah Alkitab dan berkas-berkas khotbah. Ia berjalan dengan tegas dan pasti menuju barisan bangku terdepan di dampingi seorang usher begitu juga saat naik mimbar, menandakan kesiapan akan tugasnya malam itu.
Sejak pertama kali berbicara, ia merubuhkan semua tembok persepsi salah orang-orang akan dirinya. Saya juga. Suaranya begitu lantang di seluruh ruangan. Sampai tamatnya pun, ia telah menyampaikan FT yang runtut dan mendalam. Kecil-kecil cabe rawit, sudah pedas sebelum digigit.
HT yang berhalangan:
Ketika ia mengabarkan tidak bisa hadir, ia sekaligus memberi solusi bagi pemimpin PD dengan mengutus tangan kanannya sendiri. Jelas, ia mencoba memberikan solusi terbaiknya. Jadi, berikan solusi terbaik.
Sang tangan kanan:
+ Ia bisa tetap pede dengan keadaan dirinya; apa adanya.
+ Ia menunjukkan kualitasnya sebagai HT, kualitas profesionalitasnya, kulitas terbaiknya sehingga tidak dianggap remeh orang lain. Ini baru keren.
Sudah pasti, kita perlu menghargai lebih dulu sebelum kita ingin dihargai. Buktikan kapasitas bahwa kita tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika begitu, orang lain akan menghargai & hormat dengan sendirinya. Dibarengi kerendahan hati, menjadi cikal bakal apa yang disebut “kepercayaan”.