Blog, sebuah pribadi yang tidak
pribadi. Secara pribadi, blog jadi salah satu sumber untuk cari info sesuatu
yang spesifik. Kadangkala tulisan tersebut bisa memberikan informasi yang ngga
umum. Info yang kelihatannya ‘ngga penting’ tapi sebenarnya itulah yang dicari
orang.
Satu kesempatan, waktu mau pergi ke
satu tempat, info yang sangat lengkap justru saya dapat dari blog. Penulisnya
pernah pergi kesana dan menulis review sendiri. Bagaimana cara-cara dan
tahap-tahap untuk mencapai ke sana, berapa ongkosnya saat itu, apa yang bisa
dinikmati di sana, juga tempat yang menurutnya layak dikunjungi tapi biasanya
tidak masuk daftar ‘recommended’.
Saya merasa sangat tertolong lewat
blog seperti di atas.
Beberapa waktu lalu, saya sempat menulis tentang info taksi di Bandung : Taksi 1, Taksi 2..
Banyak perubahan tentang taksi di
Bandung setelah beberapa post lalu, selama 2-3 tahun terakhir sejak pertama kali ngepost tentang taksi di Bandung. Terutama
sejak Pasca Cipaganti. Sebagai pengguna angkutan umum, banyak perubahan dari
taksi-taksi di Bandung.
Saya harap info ini bisa menjadi
bantuan buat orang-orang Bandung atau turis luar Bandung yang mau pakai taksi
di Bandung. Saya tidak bermaksud untuk promosi atau menjelekkan salah satu
perusahaan taksi. Ini murni dari pengalaman dan pengamatan pribadi…
Perubahan…taksi di Bandung
1. Naiknya harga BBM
Argo pun ikut naik karena
perusahaan taksi menaikkan jumlah setoran kepada supir. Tapi bukan berarti
taksi semakin ditinggalkan karena ongkos angkot di Bandung juga naik dan sangat
tidak menentu (sopir suka seenaknya saja). Beberapa yang pernah saya amati :
Blue Bird : ongkos awal (buka
pintu) Rp 7000, per km Rp 3600, Rp 360 per 45 detik
Cipaganti : ongkos awal (buka
pintu) Rp 7000, per km Rp 3600, Rp 360 per 45 detik
Gemah Ripah : ongkos awal Rp 7000
dan Rp 6000, per km Rp 3000 dan Rp 3600,
Gemah Ripah ada dua tipe karena mereka lagi
meremajakan armadanya. Saya pikir untuk meningkatkan pelayanan dan kenyamanan
armada. Armada yang baru, mereka charge dengan harga baru (tarif atas). Armada
yang lama masih dengan tarif lama. Cara paling mudah, bila kosong armada yang
baru menggunakan lampu warna putih di
atas mobil sedangkan armada lama masih dengan lampu kuning. Bagian depan (grill?) armada baru dicat hitam.
Putra : saya belum naik lagi
setelah harga BBm naik. Terakhir menggunakan sebelum naiknya harga BBM, interior
taksi masih kalah nyaman dan bersih dengan GR lama. Taksi ini saya dapati beberapa
kali bau rokok walaupun ada gambar dilarang merokok. No offense, tapi saya ngga
kuat bau rokok.
2. Setelah Blue Bird dan Cipaganti
Cukup suksesnya Cipaganti dan Blue
Bird dengan tarif atas, yang dulu sempat ditentang oleh Gemah Ripah atau taksi
yang sudah ada di Bandung, bisa jadi salah satu jawaban orang-orang Bandung
(atau orang yang berkunjung ke Bandung) sudah mulai pakai taksi. Meski pada
awalnya argo yang mereka tawarkan cukup tinggi, tapi sepertinya penumpang sudah
mempertimbangkan faktor kenyamanan dan waktu.
Kelihatan dari turis luar Bandung yang lebih
memilih menyimpan mobilnya di parkiran hotel dan jalan-jalan keliling di Bandung menggunakan taksi. Tidak usah repot
bermacet-macet. Beberapa sopir taksi menceritakan bahwa ada juga tamu yang
sekaligus menyuruhnya untuk antri beli barang, tamunya menunggu di taksi.
Peremajaan GR, bisa jadi salah satu
bukti upaya Lift Up a Standard dari Gemah Ripah.
3.Taksi Lainnya
Sejak saya tulis dulu, ada beberapa
pemain baru yang kelihatan. Taksi “AA” berwarna kuning. Taksi “Rina Rini”
berwarna putih. Saat pertama kali keluar, mereka menerapkan tarif atas. (tapi toh tarif atas juga, penumpang udah pada maklum...)
Untuk rekomendasi, taksi berwarna kuning ternyata masih perusahaan saudara "GR". Makanya, kendaraan "AA" dan "GR" yang baru sama. Mobilnya baru, masih sangat nyaman.
4. Kondisi Jalanan Bandung
Jalan yang makin sering macet,
agaknya semakin mempersulit untuk mendapatkan taksi di waktu dan jam-jam
tertentu. Bandung yang biasanya macet Sabtu-Minggu atau hari Jumat (bila ada
long weekend), kini agak sulit diprediksi. Seringkali kemungkinannya lebih
besar untuk mencegat di jalan atau mendatangi pool-pool ngetem taksi saja.
5. Argo Jalan dan Argo Diam
Wakti taksi diam, argo tetap
berjalan. Dulu, argo naik setiap 60 detik atau semenit. Sekarang, argo itu naik
kira-kira per 45 detik. Mungkin ini salah satu mengurangi kerugian karena
macet.
Entah benar atau tidak, tapi ini murni pendapat pribadi saja. Saya merasa bahwa argo taksi-taksi yang harusnya naik per 100 meter, sepertinya agak dikurangi sehingga sudah naik sebelum 100 meter. Nah, entah argonya dioprek, atau memang kebijakan perusahaan yang tidak dipublikasikan ke klien.
Yaa untuk positif thinking aja, mungkin harga naik ini sama seperti makanan. Harga sudah naik, eh jumlahnya berkurang atau malah ukurannya jadi cilik-cilik.
6. Sopir
Kenyamanan di taksi termasuk si
supir itu sendiri. Apakah nyetirnya enak atau ngga. Ada sopir yang kalau ngebut
jadi bikin deg-degan, tapi ada juga yang ngebutnya ‘nyantai’. Ada yang
nyetirnya mulus, ada yang bikin mobil ‘terbatuk-batuk’. Ada yang enak diajak
ngobrol, ada yang diam saja.
Urusan ini bisa jadi kembali gimana
orangnya. Tapi urusan teknis caranya menyetir, saya percaya masih dimiliki
taksi-taksi bagus yang kemungkinan seleksi supirnya cukup ketat. Supir-supir
ini kan aset mereka di lapangan.
7. Radio di Cipaganti
Buat pengguna Cipaganti, taksi
Cipaganti sekarang dilengkapi radio. Jadi akan mempermudah komunikasi sopir dan
operator untuk menjemput/mencari alamat. Tapi, sedikitnya jumlah armada
dibandingkan BB dan GR, seringkali jadi alasan utama tidak dijemput-jemput.
Kecuali memang tinggal di daerah ramai atau tidak terlalu jauh dari pool
Cipaganti.
8. Bandara Bandung
Untuk turis yang travel ke Bandung
dengan pesawat. Di Bandara Husein, memang hanya diperuntukkan satu taksi saja
“P”. Hanya taksi ini yang boleh mengangkut penumpang dari bandara. Taksi lain
hanya diperbolehkan untuk mengantar (drop) penumpang ke bandara.
Hanya saja, harganya agak terlampau
mahal. Jadi, bila mau, penumpang yang mau naik taksi bisa jalan kaki dulu
keluar bandara baru mencari taksi di Jalan Abdurahman Saleh/Pajajaran. Walaupun
supir taksi “P” menawarkan, pura-pura saja tidak membutuhkan dan jalan keluar.Tenang
saja, bandara Bandung masih kecil. Gerbang bandara dan pintu masuk paling hanya
berjarak 100 meter. Lain halnya kalau cuaca sedang hujan atau kondisi badan
memang sudah sangat lelah. Lebih logis bayar ongkos lebih taksinya saja.
Jalan Abdurahman Saleh dan
Pajajaran termasuk daerah ramai sehingga besar kemungkinan taksi kosong lain
lewat atau minta di jemput di luar bandara. Cara lain nya mencegat taksi lain
yang baru mengantar tamu ke bandara. Tapi, kalau mau begini, mencegatlah di
luar bandara supaya tidak menyebabkan keributan antar taksi. Sedikit
bertenggangrasalah dengan supir taksinya :)
Pray for Indonesia, Jesus bless
Indonesia!