Jurusan Arsitek, mahasiswanya seringkali “dikenal” sebagai tukang gambar. Namun, dihimpit perkembangan teknologi yang makin memermudah manusia dalam menggambar, skill untuk menggambar bebas (free hand) mulai ditinggalkan. Padahal teknik freehand ini sangat berguna di kemudian hari, dimana kita bisa menuangkan ide dengan cepat dan orang-orang masih “mencari” orang yang punya kemampuan ini.
Nah, tapi seperti apa gambar freehand yang dimaksud? Tentu, menurut gw yang penting gambar itu masih proporsional, ikut aturan gambar yang benar (misal perspektif) sehingga gambarnya bisa dimengerti oleh orang yang lihat. Perkembangan gambar selanjutnya (komposisi benda, detail, dll) berdasarkan kemauan untuk belajar.
Seperti dibilang, belajar gambar sama saja seperti belajar mengendarai mobil, atau belajar menulis ketika dulu. Jadi, cobalah untuk menggambar sealamiah mungkin sama seperti ketika belajar menulis (merasa perlu). Ketika pertama kalinya mencoba untuk menulis, tentu tulisan huruf-huruf tau kata-kata itu memang tidak jelas dan tidak rapih. Setelah dipakai (terus latihan menulis) terus-menerus, maka tulisannya pun makin baik. Hal ini berlaku juga seperti menggambar.
Bila kata “bakat” atau “talenta” masih nyantol mengganggu pikiran. Kata itu lebih tepat bila diartikan atau ditujukan untuk orang-orang yang kemampuannya (ekstremnya : sangat) di luar kemampuan orang-orang pada umumnya. Contohnya, katakanlah orang-orang semacam Einstein, Alfa Edison, Michaelangelo, Leonardo da Vinci, Isaac Newton, dsb, dsb. Itu jelas orang-orang yang lebih tepat disandangkan gelar “bakat/talented” tadi. Jadi, jangan pernah takut buat terus nyoba dan latihan. Semakin banyak nyoba dan latihan pasti hasil gambarnya pun makin bagus…
“The reason I know so much is because I have made so many mistake” (R. Buckminster Fuller)