Sebagai warga tanah Sunda, gw sekeluarga tidak ada yang tidak suka makan tahu… Barang olahan dari kacang kedelai ini merupakan makanan yang murah meriah, tetapi tetap kaya kandungan gizinya… Selain itu pengolahan (untuk dimakannya) pun tergolong gampang. Kalau sedang lapar2nya, nasi dengan gorengan tahu pun jadi, apalagi dengan tambahan kecap dan lalab sudah cukup mengenyangkan. Oleh karena itu, tahu merupakan “penghuni” wajib kulkas di rumah.
Setiap hari, ada seorang tukang tahu (dan tempe) yang suka berkeliling lewat rumah dengan sepeda motor. Walaupun sudah menjadi langganan, ada kalanya dia suka “menghilang” tidak lewat rumah, entah itu cuman 1 hari atau beberapa hari. Satu kali, si tukang ditanya kenapa tidak berdagang. Ceritanya cukup menarik. Dia tidak berjualan bila sedang cek-cok dengan istrinya. Koq bisa? “Bila kondisi lagi cek-cok, tahu ataupun tempe yang dibuat tidak pernah jadi! Selalu gagal total. Mungkin karena hati ini lagi panas jadi ngga sepenuh hati bikinnya. Entah pas peragiannya lah gagal, pas penggilinganlah mesinnya macet, pas inilah, pas itulah, dan banyak lagi sehingga tidak ada tahu ataupun tempe yang siap dijual ke pelanggan. Kalau barangnya ngga ada, apa yang mau saya jual”, katanya.
Ceritanya ngga berbeda dengan apa yang ibu gw alami. Kalau hatinya sedang tidak enak (lagi ada masalah), tetapi dipaksa untuk bikin kue, kuenya bener2 bisa gagal bahkan tidak mengembang setelah masuk oven. Meski telah mengikuti cara2nya, pembuatan berkali-kali pun sama saja gagal. Malah buang-buang bahan. Hasilnya beda bila kue tadi dibuat dengan hati yang lagi gembira dan senang. Kue yang dibakar bisa mengembang dengan baik.
~lakukanlah dengan sepenuh hati~