"Apa yang kita tabur pasti akan kita tuai..."
Sebenarnya, ini cerita lanjutan dari posting2 sebelumnya... Cerita mengenai sesorang yang tidak sadar akan sikapnya yang *cukup* menyebalkan. Katakanlah si A, entah sadar atau tidak kalau ternyata belakangan ini dia memang agak dijauhi (terutama beberapa teman2 cowok se SMA-nya).
Pas SMA, ada seseorang (katakanlah si B) yang *akhirnya* diajak omong tentang sikapnya yang mulai menyebalkan, dan si A adalah seseorang yang *menasihati* si B supaya berubah. Akhirnya, si B malah menarik diri dari temen2 mainnya.
Tapi, lain halnya dengan si A. Beberapa orang yang pernah menjadi *korbannya* memang melapor ke temen2 si A tentang sikapnya yang makin aneh dan menyebalkan. Namun, bukannya feedback positif, malah bikin makin negative aja. Para korban menceritakan kisah2nya pada penulis. Rumit. Ada korban yang tau klo dia tidak disukai si A, ada juga yang tidak tau...Separah itu, huh?
Masa awal2 kuliah si A mungkin memang belum menyadari bahwa dia dijauhi beberapa temannya. Mungkin dia berpikir masing-masing sibuk dengan kuliahnya. Teman cewenya pun mengakui kalo si A memang jadi sedikit aneh, sensi, rada nyebelin, dsb. Salahs eorang teman cewenya masih lebih bermurah hati, mengajak teman2 cowok nya untuk memaafkan sikap2nya dan tetap berteman dengan si A. Lalu dia cerita tentang jawaban cowok2 itu bahwa mereka (cowo2) memafkan tapi ngga usah temenan kaya dulu, atau (ekstrim) ngga usah ketemu lagi aja. Parah.
Berjalannya waktu, dia pastilah sadar. Bagaimana bisa? Mungkin dari beberapa acara main bersama (nonton, makan, atau ada yang ulang tahun), ada beberapa yang sering tidak bisa datang karena sibuk tugas kuliah, atau ada pula yang memang bilang tidak mau datang. Wooooowwww...
Sekali lagi, berdasarkan sumber terpercaya penulis, suatu waktu, si A (katanya) mengirim SMS tentang ucapan maafnya karena sikap2nya. Singkatnya, dia mengalami hal yang sama di perkuliahan. Dia korbannya. Betapa tidak mengenakkannya. Tapi bagaimana bisa percaya? Sepertinya tidak ada seorang teman cowo yang menerima SMS itu!
Sayang sungguh sayang, penyesalan memang datang belakangan. Sikapnya sudah terlalu melebihi batas kesabaran orang *kali*. Si A memang mungkin sudah menyesali perbuatannya dan teman2 sudah memaafkan segala sikapnya, tapi ada harga yang harus dibayar. Dia ngga akan bisa dapat kebahagiaan ataupun kpercayaan teman2nya (apalagi yang jadi korban).
So, lebih baik sadar diri dari sekarang daripada masalahnya nambah ribet, nambah ribet, nambah ribet. Bayar harganya lebih mahal lagi...