Seberapa senengkah kita kalau orang laen, katakanlah temen sendiri yang memberi salam? Kita mengetahui ada orang lain di luar sana yang (selain keluarga) turut merasakan apa yang kita alami?
Berawal dari cuek-cuekan yang gw kira ngga ada artinya, sampai akhirnya gw sadar kalau hal sekecil apapun yang gw lakukan, asal dengan tulus, akan berdampak buat orang lain. Bahkan sepatah kalimat pun bisa berdampak sangat besar buat orang lain.
“Met ultah, ya! Wah udah makin tua nh. Makan2nya ye….Bla..bla..bla…”
“Wish u all the best ya…Bla..bla…bla…”
Barusan contoh di kala masa-masa “happy”. Bagaimana di saat-saat susah? Untuk bagian ini memang susah-susah gampang. “Tingkat kedekatan pertemanan” gw rasa jadi pengaruh. Misalnya, ketika ada teman yang saudaranya atau orang tuanya meninggal. Semua teman-temannya bisa turut berduka cita, tapi sejauh apa merasakannya? Yaa agak melenceng dari bahasan… Satu yang disadari, turut berbelasungkawa berarti turut memberi rasa aman kepada orang lain yang sedang kehilangan bahwa masih banyak orang lain di sekitar yang akan “menemani”.
Kedua, ketika sedang sakit. Sejak beberapa tahun lalu, akhirnya gw (lagi-lagi) sadar bahwa ucapan “cepet sembuh” itu bisa berdampak buat orang lain. Pengalaman yang gw dapet langsung. Ketika badan yang sehat tiba-tiba ambruk dan serasa ngga sembuh-sembuh, maka sms, telepon “cepat sembuh” itu menjadi dorongan supaya gw juga (punya keinginan) cepet sembuh. Dari sana, gw mencoba untuk ikut memberi selamat “cepet sembuh!” ke tiap orang yang gw tahu lagi sakit. Kejadian kedua terjadi beberapa waktu lalu ketika (pada akhirnya) gw ‘tumbang’ juga di akhir semester, kecapean kata dokter.+_+’
Satu tambahan pelajaran, gw dapati dari temen-temen yang sadar atau tidakmelakukan hal itu, adalah mereka memberi semangat kepada orang lain, tapi mereka pun punya hidup yang semangat. Buat orang lainnya juga akan lebih tersemangati bukan??