Omongan orang tua ini ada benarnya. Seseorang bisa kena flu hanya gara-gara bagian badannya berhubungan dengan yang namanya dingin (udara dingin, air dingin, es krim *lho*?)
Believe it or not, flu bisa mampir karena fungsi salah satu bagian tubuh yang tidak bekerja optimal. Hidung.
Hidung berfungsi untuk menghangatkan udara yang masuk ke dalam tubuh. Tubuh mengalirkan banyak darah di jaringan kapiler di dalam hidung dan di dalam paru-paru yang langsung mendapat supply udara yang sudah dihangatkan.
Ketika salah satu bagian tubuh manusia mendapat kontak dengan dingin, maka tubuh secara otomatis beradaptasi dengan mengonsentrasi aliran darah di bagian yang kontak dengan dingin, menjaga suhu tubuh tetap normal dan membatasi tubuh dari kehilangan panas yang berlebih.
Sempat ‘beberapa’ lama mengbsenkan diri untuk memberi. Pengamen di saat berangkot, pasti udah biasa. Berilah Rp100 atau Rp 200… Rp 500 bila penampilannya di atas standar pengamen biasanya. Saya coba berhenti karena pada awalnya saya berpikir bahwa kalau pengamen itu mendapat uang yang banyak setiap harinya dari mengamen, maka ia akan terus mengamen dan tidak akan mencari pekerjaan [yang lebih baik].
Hmmm.. Akan tetapi, bukan itu yang jadi permasalahan inti. Berhenti memberi sebenarnya lebih berdampak kepada saya sendiri yang tidak melatih diri untuk memberi dan lebih bermurah hati. Yaa berikan saja uangnya, tapi dengan hikmat. Uang sebesar itu bisa berarti sangat banyak buat mereka. Maksud dengan hikmat adalah saya memberi pun akhirnya tidak sembarang memberi.
Kasus pertama, angkot lagi penuh2nya. Pengamen datang bermain dan bernyanyi bagus. Ia pantas dapatkan itu. Namun, ada kalanya pengamen itu serasa tidak niat bernyanyi (mungkin karena ia kira telah dapat angkot yang penuh), ya sudahlah sesungguhnya saya jadi malas.
Kedua, saat berada di angkot yang terbilang kosong, paling hanya ada sekitar 2-3 orang penumpang, biasanya dilewat oleh para pengamen. Seringkali, mungkin karena mereka berpikir tidak akan mendapat uang. Namun kadang2 ada juga pengamen yang masih mampir dan bermain bagus. Di satu sisi saya menghargai usahanya untuk tetap percaya akan mendapat yang terbaik.
Ketiga, selain pengamen yang pada umumnya remaja, dewasa, dan anak2. Anak2 bisa bermain bagus juga. Saya ingat beberapa anak berkumpul di pintu angkot memainkan alat musiknya masing-masing dan bernyanyi bersama. Saya agak kurang setuju untuk memberi kepada anak2 karena menurut saya akan memunculkan semangat untuk ngamen daripada bersekolah. Terlebih bila anak2 kecil itu hanya datang ‘tanpa usaha’ dan mengemis. Memberi kepada orang-orang seperti itu (menurut saya) sama sekali tidak berhikmat.
Additional case : Suatu hari saya sedang jam istirahat kuliah dan pergi dengan beberapa teman untuk makan di seberang kampus. Di depan pintu keluar, seorang anak perempuan masih SD, berseragam lengkap mengemis meminta2 uang kepada kami.Ia bilang perlu uang untuk beli obat karena sakit (padahal ia terlihat sangat sehat). Merasa tidak enak, akhirnya teman saya berinisiatif untuk mengumpulkan uang dari masing-masing yang ada di situ dan diberikannyalah uang itu.
Kami melanjutkan pergi untuk makan. Tempat makan itu agak terbuka sehingga bisa melihat ke arah jalan. Sampai di suatu saat kami semua melihat anak SD tadi berjalan di seberang jalan dengan sebatang es krim di tangannya. Tampaknya ia memang sedang ‘sakit’.
Beberapa hari kemudian, temen saya mendapat pertemuan serupa dengan anak yang sama, meminta uang dengan alasan lain. Merasa tidak percaya dengan kejadian sebelumnya, ia tawarkan langsung untuk dibelikan barangnya di mini market sekitar situ, tapi anaknya malah menolak. See?
Tidak memberi tidak selalu berarti orangnya pelit. Tidak dalam kasus uang saja, tetapi memberi memang bukan hal yang gampang dilakukan dan perlu hikmat buat melakukannya.
Selalu muncul pertanyaan ketika saya melihat orang melayani. Apakah orang itu melayani (orang lain) dengan sungguh-sungguh? Artinya benar2 untuk menjadi berkat bagi yang dilayani?
Seorang pelayan restoran ataupun yang bekerja untuk melayani orang lain pasti tidak asal langsung kerja. Orang tersebut harus mendapat pendidikan yang layak dulu dan lulus tes sampai diberi sertifikasi keahlian untuk menjual jasanya. Dengan begitu, pihak yang mempekerjakan orang tersebut mendapat ‘ketenangan’ bahwa orang yang dilayani akan mendapat berkat (baca kepuasan). Kalau puas berarti jaminan bahwa tempatnya akan semakin ramai dikunjungi.
Ambil contoh seperti restoran, hotel, dan toko. Karyawan bisa dibilang sebagai salah satu pemegang kunci sukses. Sukses atau tidaknya kan tergantung banyak sedikitnya yang beli. Banyak sedikitnya pembeli tergantung dari orang yang mau mampir dan karyawan adalah ‘tentara’ garis depannya.
Dari perbandingan tadi, saya coba melihat kondisi yang terjadi di gereja. Nyatanya ngga sedikit juga pelayan yang bukan pelayan. Belum punya hati hamba yang cukup. Jika memang belum cukup, lebih baik terus balajar melayani tapi jangan melayani orang lain lebih dulu. Ketika orang belum siap melayani (orang lain) dan dipaksa melayani maka yang terjadi bukannya menjadi berkat tetapi malah menjadi batu sandungan.
Di sisi lain, ketika kasus bertambah lebih banyak yang ‘tersandung’ daripada yang terberkati, bagaimana pendapat orang-orang yang lihat? Contohnya, dalam suasana ramai dan panasnya Piala Dunia, beberapa para pelayan lebih memilih menonton pertandingan (di gereja) daripada mendengar khotbah. Mungkin memang dipikir aman ‘ngga ada yang lihat’ karena ngga ada yang lihat. Apa begitu? What if… ada yang lihat?
Bagaimana gereja bisa menjangkau lebih untuk Tuhan kalau para ‘tentara’ garis depannya saja pada lengah? Hmm…
***
STORY :
Keadaan disini since I become (professionally) alah..as an au pair (it's kinda half-nanny buat yg belum tau,hehe,google ajah) it's not easy at all. Banyak benturan-benturan nilai dan prinsip yang sudah dipegang kuat-kuat dan dijadikan visi target ataupun tujuan, whatever just name it, that suddenly become..buff! gone.
New values that I learn and more over it's crashing my head and open my eyes wider how to become humble.
Beuh.
Edan, susah pisan.
So, a little story..pagi ini as usual I feed the kids and prepare them to play outside because kindergarten close today and tidied up their room. Finished. then I went to basement to put kid's clothes into washing machine, etc. Dalam hati.."huah, edan eh, cape pisan...dari kemaren baking beres-beres maen ma mereka, edan, tiap hari ini teh harus gini??Gelo..kapan ada waktu tenang sih. Just one day full tanpa harus bangun jam tujuh tiga puluh setiap pagi diantara hari Senin-Jumat ini"
and then Roh Kudus dengan damai berkata.."yan***, when you serve people, you're need is no more important"...JRENG...the it continues "and more over when you serve God and worship Him, Tuhan semakin besar kamu semakin kecil..you will not see what you need what you want you just worship"...
Oh Tuhan, I knew it since long. Tapi........*anggeur pengen ada pembenaran*
then, I said "Ooh, Ya Tuhan no -tapi,tapi,tapi lagi-" hehe...
It's true it's no important anymore, my needs my wills etc when I come to my knees to worship.
it's only about Him.
for example when I served and helped the kids everymorning and afternoon, we become closer and closer, they're happy and they even learn how to behave more and more because I tried to serve them with all of my heart (gawat pisannn..kamarana ateuh) jauh banget bedanya kalo just do it tanpa sepenuh hati (it happened couple time, disaat lg -ga mood-, hayah) mereka jadi bawel dan minta perhatian lebih. Children has a sensitive feeling and heart.
More over, God. He know our hearts, He even know our thoughts.
Filipi 2:5-7
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Let's worship Him (again)
tanpa embel-embel I need this and that, just worship.
ada beberapa hal yg keliatannya sepele tapi bs menjadi penyebab Anda kehilangan profil anda..
1. Nama Palsu. Yups… sepele kan ? Apalah arti sebuah nama? Satu hal yang perlu di ingat, jangan pernah mempergunakan nama palsu apalagi yang berbau “trade merk” sebuah produk, selebritis atau hal-hal yang sifatnya melanggar hak cipta seseorang, kalau anda tidak mau kehilangan profil fesbuk anda.
2. Profil Palsu. Anda baru berumur 18 tahun namun anda mencantumkan status bahwa anda berkuliah di Harvard University USA. ataupun anda terlalu sering mengganti nama dan umur anda. Berhati-hatilah, Karena Admin Facebook akan cepat mengetahuinya. So, jujur sajalah kalau anda masih sayang akun Facebook anda.
3. Posting terlalu banyak di Wall orang lain, atau di Wall Group atau bahkan di Wall anda. Karena anda baru jadian dengan sang pacar yang kebetulan juga punya fesbuk, maka andapun tak henti-hentinynya (hampir tiap menit) menulis di Wall sang pacar, maka andapun mesti bersiap-siap kehilangan facebook anda.
3. Teman Anda terlalu banyak. Batas maksimum friend di Facebook adalah 5.000 orang, nah untuk menghindari agar fesbuk anda tidak diban, sebaiknya batasi jumlah friends anda jangan sampai melebihi dari batas yang diperolehkan oleh Facebook. Lagian, terlalu banyak friends akan membuat anda tidak fokus dan bahkan cenderung membahayakan anda, so… sebuah ungkapan kecil mungkin berguna “better be alone than in a bad company” itu artinya lebih baik kita punya teman sedikit tapi bisa saling mengenal satu sama lain, daripada punya teman banyak, tapi hanya sekedar penghias statistik dan tidak saling kenal sama sekali.
4. Poke yang berlebihan. Tadinya sih anda ingin memberikan perhatian pada semua orang, kalau anda peduli sama mereka. Tapi dengan memberikan Poke yang berlebihan dan tidak beraturan, jangan heran bila suatu hari anda tidak bisa login pada facebook anda.
5. Copy Paste. Karena ingin mempermudah membalas message atau wall ke teman-teman, anda memilih copy paste dari kata-kata atau kalimat yang ingin anda sampaikan. Jangan pernah lakukan hal seperti ini, memberikan message atau wall dengan kata-kata atau kalimat yang sama persis dan terus berulang-ulang akan membuat anda disangka sebagai seorang Spammer, dan besar kemungkinan fesbuk anda bakal disuspended.
6. Terlalu banyak bergabung dengan Group. Jangan sekali-kali anda bergabung dengan berbagai macam group, limit maksimum dari group yang diperbolehkan untuk anda bergabung sekitar 200 group. Jadi kalau saat ini anda telah bergabung dengan lebih dari 200 group, bersiap-siaplah untuk kehilangan facebook anda.
7. Menulis hal-hal berbau sara, rasis, penghinaan, atau sikap permusuhan entah itu wall, status update atau message. admin facebook sangat tidak menyukai hal demikian.
Namun jika account facebook anda terlanjur di blokir...
kirimlah email berisi keluhan ke email admin Facebook ini :
Banyak orang mengajukan pertanyaan bagaimana bisa terjadi air bah, apakah terdapat cukup banyak jumlah air untuk dapat menggenangi seluruh permukaan bumi? Dan jawabannya dengan tegas adalah YA!
Bumi terdiri dari 30% daratan dan 70% lautan. Dibutuhkan dua kali lipat jumlah air yang ada untuk dapat menutup seluruh permukaan bumi.
Prof. Rehwinkel menulis, “Dalamnya samudera rata-rata adalah 12.000 kaki. Ukuran itu sama dengan 12 kali rata-rata ukuran tinggi permukaan daratan. Karena itu, volume air jauh lebih besar daripada padat daratan yang berada di atas permukaan laut.” (The Flood, pg. 124).
Tinggi rata-rata padat daratan di atas permukaan laut hanya 2500 kaki. Jumlah air laut masih dapat ditambahkan dari semua air yang beku dari kedua kutub, uap air yang terdapat dalam atmosfir Bumi dan persediaan air yang terdapat di danau-danau dan aliran-aliran air bawah tanah.
(Jeff Hammond & Charles Pallagy, The Bible and Science)
*** Sama seperti orang pada umumnya, saya pun mempertanyakan diri sendiri, apakah Bumi benar2 tertutup air? Saya benar2 ingin tahu.
Sampai satu hari saya mendapat pengertian seperti ini :
Manusia yang mencoba menafsirkan kejadian air bah di jaman nabi Nuh [saat ini/jaman sekarang], tidak ada yang tahu secara pasti bagaimana bentuk fisik muka Bumi saat itu. Bagaimana bentuk benua2, pulau, bukit2, dan gunung2. Apalagi ‘aktivitas’ Bumi saat itu. Bagaimana tingkat keaktifan vulkanis, cuaca dan iklim, tingkat bencana alam lain. Who knows?
Sekali lagi, manusia hanya bisa memprediksi (seperti yang saya bilang di post sebelumnya). Dengan segala bantuan kemampuan komputer dan peraltan canggih lainnya, manusia mencoba mengungkap.
Pada tahun 1800-an Gunung Krakatau yang meletus di Selat Sunda, ternyata lebih tepat disebut ilmuwan sebagai gunung yang meledak (meledakkan dirinya) daripada gunung yang meletus. Setelah ledakan terjadi, Gunung Krakatau terbilang ‘hilang’ dan memunculkan Gunung Anak Krakatau. Selama kurang lebih 200 tahun hingga sekarang, tinggi gunung itu terus naik. Hal ini diyakini vulkanologis karena aktivitas vulkanis di bawah gunung [dan menunggu sampai waktunya meletus – atau bahkan meledak - lagi.]
Dampak letusan itu terasa kemana2. Abunya membuat timbunan dan ‘perubahan cuaca’ sementara. Goyangannya menimbulkan tsunami setinggi puluhan meter yang menghantam sisi selatan Sumatera dan sisi Jawa Barat. Ini baru satu letusan saja.
Dari contoh tadi saya makin yakin, bahwa aktivitas vulkanis bumi memang bekerja dalam level yang cepat. Anak Krakatau ‘baru’ berumur 200 tahun-an. Jarak saat ini hingga ke jaman Nuh? Saya tidak tahu pasti.
Jadi, dalam bayangan saya, bisa jadi saat itu, aktivitas vulkanis di Bumi masih tahap awal2 sehingga belum memunculkan barisan pegunungan, bukit, ataupun gunung2 setinggi sekarang [walaupun sebenarnya jumlah air yang ada di Bumi saat ini pun bisa menenggelamkan G. Everest].
Manusia memang tidak bisa memprediksi apa2 tentang apa yang akan terjadi. Kalaupun bisa sering meleset.
Bukti saya ‘dapat’ ketika menonton Discovery Channel tentang ramainya isu Global Warming saat ini. Satu yang saya ingat adalah prediksi para ‘ilmuwan’ GW di awal tahun 2000, yang mengatakan bahwa Bumi dalam keadaan bahaya pada tahun 2050 ketika banyak es di kutub akan mencair. Akan tetapi, nyatanya berkata lain. Pada tahun 2005, bongkahan es yang sangat besar (luasnya km2) di kutub selatan ‘roboh’. Bongkahan itu seperti ‘terpotong’ dari bongkahan utamanya dan mencair di lautan.
Setelah diteliti lebih jauh, ternyata es yang mencair di permukaan es masuk melalui celah2 retakan es dan membentuk semacam sungai di bawah lapisan es. Sungai ini seperti pisau yang memotong bongkahan es di atasnya. Saat waktunya tiba, bongkahan di atasnya akan tergelincir dan lepas. Terbukti, program komputer yang membantu proses prediksi pun bisa salah total.
IMHO, memang peningkatan polusi di udara sepertinya tidak bertambah dengan angka yang tetap. Akan tetapi, pertambahannya menurut saya seperti bunga bank yang berbunga. Semacam ada percepatan yang terus menerus. Mungkin hal itu yang tidak bisa diprediksi.
Agak kecewa dengan pemerintahan memang hal biasa, bahkan harusnya dibilang ‘sangat’ bukannya ‘agak’ lagi. Kesimpulan saya sebelumnya tentang Indonesia adalah ini negarasangat kaya yang manusia-manusianya terlalu dimanjakan oleh alamnya.
Indonesia seharusnya sadar akan kelebihan itu dan memanfaatkan sebaik mungkin bukannya malah leha-leha. Sumber devisa ini dipegang negara X, yang itu oleh negara Y, yang ini dan itu sama negara Z, dsb2nya. Orang2 Indonesia merasa ‘cukup’ untuk mendapat bagiannya saja.
***
Selama di kampus saya mengikuti organisasi yang biasa pergi penelitian sambil jalan2. Kampung tempat kami penelitian saat itu, Kampung Cinyiruan, berupa kampung ‘milik’ perusahaan perkebunan teh. Yang setelah diwawancara kepada warga, adalah peninggalan Belanda. Tak heran kenapa orang Belanda senang dengan daerah ini. Saya pun sangat senang. Alamnya sangat bagus. Berada di posisi lekukan bukit dan lembah. Bangunan Belanda terlihat di sisi atas bukit [ yang akan mempermudah mereka mengawasi pekerja di bawah bukit ].
Meskipun saya tercengang2 dengan keadaan alamnya, tetapi menurut orang2 asli, alam di kampung itu sebenarnya sudah berubah dan ‘rusak’ [masih terlihat bagus2 saja sih buat saya].
Di waktu berbeda saya kembali mengunjungi 2 kampung perkebunan yang berbeda. Alamnya pun masih sangat luar biasa.
Kamudian saya berkesempatan untuk berwisata bersama di dalam negeri. Saya semakin sadar bahwa kekayaan Indonesia sama sekali tidak terukur. Saya yakin bahwa tanpa migas dll nya, Indonesia masih bisa ‘hidup’ dari segi pariwisatanya saja! Saya sangat yakin.
Yang disayangkan adalah manajemen pariwisata dari sisi dalam negeri yang kurang maksimal jadi pengelolaannya seringkali dilimpahkan kepada swasta bahkan kepada orang luar negeri. Ironis. Indonesia yang katanya merdeka ternyata masih dijajah juga.
Saya semakin yakin Indonesia bisa hidup dari pariwisata saja karena begitu banyak saya menyaksikan negara2 membuat iklan-iklan promosi tentang pariwisata di negaranya. Iklan itu tampak bagus2 dan sangat menarik. Sejujurnya, menonton iklan itu pun saya jadi tertarik untuk pergi ke sana.
Namun negara Indonesia yang tidak segencar itu masih dicari oleh para turis. Malah turis2 manca negara bisa mencari obyek wisata yang tidak diiklankan secara resmi. Luar biasa.
Mengobrol dengan beberapa teman yang kagum dengan keindahan Indonesia juga, salah seorang pernah bilang, “ Mau liburan kenapa harus jauh2 ke luar negeri? Sepanjang umur kita ngelilingin [ngunjungin semua tempat wisata] Indonesia aja belum tentu kelar”