Ngga melulu menyoal tentang harta (benda)… Sesungguhnya, kesehatan (yang tampaknya kasat mata) pun adalah harta yang paling berharga. Tanpa kesehatan kita ngga bisa mendapatkan harta (baca nafkah). Masih banyak hal2 lainnya…
Dia pegang SETIAP komitmen yang gw keluarkan. Kenapa gw bisa bilang begitu? Karena gw udah mengalaminya, sering. Sering? Apa yang gw pernah minta waktu dulu, gw dapatkan sepanjang waktu setelah gw minta, meskipun itu di dalam hati. Ini beberapa contoh nyata…
Pertama, sewaktu kecil dulu, gw melihat betapa tingginya kulkas yang ada di rumah. Susah sekali rasanya untuk mengambil barang di atas sana. Apalagi ketika mati lampu (lilin dan korek api biasanya ditaro di atas lemari es). Saat itu gw berkata di dalam hati, minta ke Tuhan kalau gw pengen punya tinggi badan setinggi kulkas di rumah (kulkasnya masih ada di rumah sampai saat ini, kira2 170 cm), nyatanya tinggi badan gw sekarang 180cm. Saat itu gw cempet ketakutan kalau tinggi badannya akan terus menerus bertambah. Akhirnya, sekitar 2,5 tahun lalu, gw minta supaya tinggi badannya ngga nambah lagi. Sejak itu, tinggi badan gw ngga pernah nambah lagi… Setelah diingat2, menjadi tinggi itu juga sebuah proses, kalau saja gw ngga mau menurut orang tua untuk minum susu dan calc, tentu ngga akan setinggi ini.
Kedua, waktu itu sma kelas ?,, gw mendengar khotbah bagaimana berbahayanya lidah ini. Jelas sekali apa yang ditulis Alkitab, bahwa lidah itu bagaikan pedang bermata dua. Jadi, lagi, gw minta, “Oke deh Tuhan, Andre mau supaya mulut ini lebih berguna.” Jadi, ada suatu waktu gw ga bisa sabar gara-gara dikata-katain, gw balas sekalian dengan omongan yang cukup menyakitkan juga. Seketika itu juga, orangnya diam dan…nangis. Gw ngga tau harus berbuat apa saat itu, yang teringat di kepala adalah bagaimana rasanya bersalah padahal baru saja membuat komitmen untuk jaga mulut? Meskipun hal itu sudah lewat, tapi ada “sesuatu” yang membekas tidak terlupakan…Kejadian yang terus terngiang ketika berbicara dengan orang lain, terlebih saat keadaan emosi…
Ketiga, hal lain terjadi lagi.. Semuanya di mulai sejak gw berkomitmen atau meminta kepada Dia. Tuhan bekerja secepat itu ya? Ngga salah…
Sepanjang sma, dari kelas 1 sampai kelas 3, gw tetap menjaga nilai-nilai rapor agar tidak merah, karena gw sudah dapet tujuan kuliah gw. Gw mau masuk pmdk ars unpar. Rencana gw, ketika pmdk (bulan November) hasilnya keluar, berarti gw bisa santai memersiapkan diri untuk UAN-nya. Karena dengan begitu, gw ngga perlu pusing-pusing untuk mikir ke mana gw akan kuliah. Tapi, jalan Tuhan lain.
Saat itu, selama 1-2 bulan terakhir atau bahkan lebih, SMA gw sedang memersiapkan kelengkapan data untuk akreditasi sekolah. Singkat cerita, pihak sekolah sampai kelupaan untuk mem-follow up berkas pmdk yang telah dikirim Unpar. Gw bener2 sangat marah dengan pihak sekolah saat itu. Karena setiap beberapa hari sekali gw selalu menanyakan tentang pengumuman pmdk itu ke sekolah. Singkatnya lagi, gw harus belajar gambar, matematika, dan bhs inggris lagi, yang TERNYATA sangat berguna untuk membantu persiapan menjelang UAN, dan bekal (skill) untuk memulai kuliah di ars, yaitu menggambar…
Itu hanya segelintir kisah dari sekianbanyak kisah2 lagi.. Jadi, bagaimana kisah/pengalaman Anda dengan Tuhan??