Semakin ke sini, keadaan Indonesia tampak buruk atau sangat buruk. Padahal ngga harusnya kaya gini.
Semakin ke sini, bisa dibilang, Indonesia makin banyak yang miskin dan pengangguran. Kemungkinan terbesar gara-gara kualitas SDMnya Indonesia yang payah-payah. Kenapa payah? Mereka ngga punya pendidikan yang cukup tinggi. Kualitas rendahan, mau ngga mau jadi muncul persaingan ketat. Kalo udah gitu, pastilah terjadi hukum alam. Belum lagi ditambah jumlah penduduk Indonesia yang sangat-sangat banyak tapi ngga ketampung sama lapangan kerjanya. Alhasil, mereka sukses menganggur dan tidak berpenghasilan. Angka kemiskinan jadi naik.
Jelas pemerintah ngga serius menangani hal yang bginian. Mungkin memang ngga semua pejabat jelek, tapi mereka ngga kompeten di bidangnya. Dia hanya ingin kedudukan dan duit tanpa lihat akibat luasnya. Para pejabat jadi sibuk sendiri dengan urusan masing-masing antar pejabat. Lomba memperbanyak harta. Pendapatan Indonesia udah banyak tapi kemana semua?
Sekarang, akibatnya makin kelihatan lagi, di sekolah atau universitas. Kualitas SDM yang turun, membuat lembaga2 pendidikan mempermudah masuknya murid. Contohnya, di salah satu SMP swasta di Bandung, semua nilai siswa harus minimal 6,6 (untuk memenuhi standar kelulusan 6,5). Nilai itu bukan rata-rata melainkan nilai untuk setiap bab mata pelajaran. Bila tidak mencapai 6,6 maka harus diadakan remedial test atau remedial teaching (dengan gaji guru yang pas-pasan atau bahkan kurang, apa bisa?) Beban guru bertambah, murid juga harus dipaksakan bisa semua mata pelajaran termasuk yang dia tidak bakat (ex. Matematika).Sama halnya di uni, mereka menerima banyak mahasiswa baru tanpa melihat kapasitas. “Yang penting duit masuk dulu”, Kalau mahasiswa nya ngga bisa mengikuti kuliah, ya keluar saja. Koq begitu? Aneh tapi nyata keadaannya udah seperti itu. SDM-SDM yang kompeten hanya segelintir orang saja. Sisanya hanya menjadi SDM-SDM yang muncul karena jalannya aturan saja. Mengerikan. Pantas saja orang-orang pinter nan cerdas Indonesia maunya ke luar negeri saja. Harus ada perubahan.
“Baja terbaik harus dimasukkan ke api terpanas.” (Richard M. Nixon)
>_as’07_<